Minggu, 28 Desember 2008

Liburan Yang Tidak Seperti Liburan

Oke. Sementara teman-teman satu angkatan (dan mungkin satu sekolah) sedang menikmati liburannya masing-masing, selama seminggu ini cuma sehari saya bisa santai di rumah, saudara-saudara!! Sisanya? Palingan ke Muhajirin, atau ngerjain flanel, atau yang lain-lain..

Jadi panitia buat I'm Nature dan Maulid. Sori, detail kegiatannya masih rahasia (apaan, sih! bilang aja kalo emang belom jelas!). Ya, ya, ya. Beginilah tahun kedua di SMA itu (lihat profil). Belum lagi J-club (Dhanee, maaf nggak bisa bantu banyak), belum lagi Pidas (sampe sekarang masi nggak tau mau ada kegiatan apa nggak), belum lagi kelas (spanduk udah selesai, alhamdulillah, bazar Utie yang ngurus, tinggal karnaval aja yang belum jelas). Sori garcen, sampe saat ini belum bisa ngeluangin waktu buat kalian. Kalo mau jalan, jalan aja. Kalo nungguin, ntar tambah lama lagi. Bukan berarti aku nggak mau ngarang bareng kalian lagi. Cuma jadi nggak enak kalo aku terus-terusan ngalangin. Gimana kalo netapin tanggal aja? Ntar aku tinggal liat bisa di luangin apa nggak hari itu.

Akhir akhir ini juga lagi baca 20 th Century Boys. Keren banget tuh manga. Dan aku mesti nahan diri mati-matian supaya nggak ngefans sama Kanna. Dia itu bener-bener manusia yang bisa disebut 'perempuan'. Cewek yang kuat, nggak hanya secara fisik, tapi juga mental (awas, mental di sini bukan berarti kemampuannya membengkokkan sendok itu. Yang kumaksud itu adalah kemampuannya untuk menggerakkan hati orang-orang, dan lain-lain yang sejenis). Tapi, biarpun dia kuat, dia tetep cewek...ngerti kan yang kumaksud? Gara-gara itu, aku jadi seneng banget sama Honoho-nya Spitz. Biar cuma insert song, ternyata lumayan juga. Dan aku dengerin lagu itu sambil ngebayangin Kenji yang mainin lagu itu. Sekarang kayaknya lagu itu jadi pengingat akan 20 th Century Boys (ini pasti gara-gara aku terus-terusan dengerin lagu ini sambil baca 20 th Century Boys). Padahal itu kan OST Honey & Clover. Tapi melodinya enak buat pendamping suasana 20 th Century Boys. Hmmm...

Udah ah, ini udah ngantuk banget, besok juga masih ada rapat. Mesti presentasi perkembangan pula. Oh ya, sebelum lupa, aku mau ngucapin sesuatu. Makasih, buat orang-orang yang udah ngasih aku kepercayaan. Dan, maaf, kalo aku pernah mengkhianati kepercayaan yang kalian berikan itu. (terinspirasi dari kejadian hari ini dan kejadian hari-hari yang lalu yang akhir-akhir ini kupikirin. Beneran mesti ngurangin mikirin kayak gini nih. Nyita waktu dan pikiran banget)

Oh, ada yang lupa. Ada satu hal yang kupertanyakan begitu ngeliat Kanna versi remajanya. Kok mirip banget sama Kanmuri dari Yakitate! Japan, ya?

Sabtu, 27 Desember 2008

Part 3 KBbS&AJ

"Kayla!" Bisik Yona, teman sebangkuku, cukup keras untuk membangunkanku dari lamunan. Aku menoleh dengan cepat, dan melihat Bu Haryati, guru olahraga kami, sedang berjalan diantara meja-meja, menerangkan pelajaran. Karena hari ini hujan, maka kami tidak bisa berolahraga di lapangan seperti biasanya. Maka, Bu Hayati pun menerangkan materi tentang penyakit kelamin kepada kami.

"Jadi, anak-anak, pita merah adalah simbol dari kepedulian dan solidaritas terhadap ODHA, maka dari itu..." Suara Bu Haryati kembali terdengar olehku, sementara dia kembali ke depan kelas. Aku kembali meletakkan daguku diatas meja, dan nyaris tertidur beberapa menit kemudian. Cuaca yang dingin dan lampu yang temaram akibat menggunakan LCD memang sangat mendukung untuk tidur. Belum lagi mataku memang agak berat karena mengerjakan tugas matematika sampai jam tiga pagi kemarin.

Lagi-lagi pikiranku menerawang ke mana-mana. Aku teringat lagi pengalaman ketika aku mengalami kecelakaan dengan kakakku. Ya, dua tahun telah berlalu sejak peristiwa itu. Aku yang dulunya masih junior, saat ini tengah mempersiapkan ujian nasional. Sekarang, bisa dikatakan bahwa aku sama sekali tidak mempunyai bekas-bekas dari kecelakaan itu. Paling-paling hanya sebuah luka goresan yang tidak terlalu panjang di atas alisku, satu-satunya pengingat dari kejadian itu. Dan kakakku? Oh, dia baik-baik saja, sekarang dia sudah kembali kuliah dan pergi bersama teman-temannya dan pacarnya yang itu. Hanya ada satu hal yang aku pertanyakan dari dulu, kenapa ceweknya itu nggak pernah muncul di rumah sakit selama kakak dirawat, ya? Kalau kata kakak sih, mungkin karena dia sibuk. Tapi, entahlah, sepertinya aku tidak begitu suka dengannya. Hmm...padahal aku juga belum pernah bertemu dengannya. Tapi mendengar cerita-cerita dari kakak, ya.. itu tadi. Apa karena aku tidak rela kakakku satu-satunya menyayangi wanita lain selain aku dan mama? Aku langsung tersenyum sendiri begitu kalimat tadi muncul di kepalaku. Kalau kakakku sampai mendengar kalimat itu, dia tentu akan langsung menukas, "Wanita? Lo? Nggak deh, makasih. Lagian sejak kapan gue sayang sama lo?" Ya, dia pasti akan bilang begitu. Tapi, aku tahu, kalau aku menyayanginya. Dan aku juga tahu kalau dia pun menyayangiku.

Lamunanku tergangu lagi oleh tepukan keras di punggungku yang dilakukan oleh Yona. Aku menoleh lagi, dan dia menyodorkan buku yang terbuka. Aku menatapnya bingung, dan dia seolah menjawab pertanyaan yang terlintas di kepalaku, "Latihan soal. Halaman 58. Essay. Disuruh ngerjain," katanya singkat. Huaaahhmm. Bikin males aja nih. Malas-malasan aku mulai mengambil selembar kertas file dan pulpen, lalu mulai membaca soal dan mengerjakannya.

Nomor satu. Sebutkan lima macam penyakit kelamin dan jelaskan. Aku membalik-balik beberapa halaman sampai menemukan jawabannya. Kemudian tinggal menyalinnya di kertas. Begitu terus sampai nomor delapan. Nomor sembilan, tunjukkan bentuk kepedulianmu terhadap HIV/ AIDS. Aku berpikir sejenak, lalu menuliskan jawabannya. Mempelajari tentang AIDS di sekolah, mengikuti kegiatan-kegiatan mengenai kampanye HIV/ AIDS...jawabku mengarang. Soal nomor sepuluh, bila ada ODHA di lingkunganmu, apa yang akan kamu lakukan? Ah, ini gampang. Tinggal mengarang saja yang baik-baik. Tidak mengucilkannya dari pergaulan, bersimpati dengan keluarganya, blablabla...

Yona mencolek lenganku dan berkata, "Liat dong nomor sepuluh!" Aku menyerahkan kertas jawabanku kepadanya. Ia membacanya beberapa saat, kemudian mengembalikan kertas itu kepadaku, "kayaknya jawaban kita hampir sama, deh. Mudah-mudahan nggak disangka nyontek," katanya.

"Ah, nggak apa-apa kali, emang pada nyalin di buku, kan? Nggak heran kalo sama. Lagian yang ada tuh yang cuma nyalin doang dari punya orang lain. Bukan ulangan ini," kataku. "Tapi yang nomor sembilan sama sepuluh emang sama?" tanyaku melanjutkan.

"Nggak persis sih, tapi garis besarnya sama," jawab Yona. Aku menyeringai. memang kalau ada soal seperti ini orang pasti akan langsung mengarang yang baik-baik, untuk menjaga moralitas, hehehe. Namun, tiba-tiba Yona berkata lagi, "Tapi ya, kalau beneran ada ODHA di sekitar gue, gue nggak yakin gue bakalan bisa bersikap kayak gitu."

"Maksud lo?" kataku penasaran.

"Yah, gue nggak yakin gue bisa nerima mereka, tanpa ngucilin mereka sama sekali. Gimana juga pasti ada perasaan jijik dan was-was kalo ada di deket mereka," jelasnya.

Aku mengangguk-angguk. Memang, aku juga mungkin akan bersikap seperti itu. Bahkan masyarakat kebanyakan pun pasti akan bersikap seperti itu. Belum lagi paradigma masyarakat yang selalu mengkaitkan AIDS dengan free sex, sehingga kadang AIDS dianggap sebagai penyakit kutukan. Tiba-tiba saja terlintas di pikiranku, bagaimana jika suatu saat aku benar-benar harus berurusan dengan ODHA? Apa yang akan kupikirkan? Apa yang akan kulakukan?

Lamunanku baru benar-benar terhenti ketika suara Bu Haryati kembali memenuhi kelas, "Anak-anak, ayo kumpulkan sekarang!!"

Sabtu, 20 Desember 2008

Part 2 KBbS&AJ

Putih. Silau. Seolah sesuatu yang panas mengaliri kepalaku. Perlahan kurasakan rasa mual, seolah ada sesuatu yang mendesak naik ke kerongkonganku. Kututup mataku kembali, dan perlahan aku mulai bisa merasakan ada seseorang yang mengelus lengan kiriku. Perlahan kubuka mataku, dan kali ini, meskipun masih silau, aku bisa melihat seseorang di sampingku. Aku menyipitkan mata, dan perlahan sosok orang itu mulai terlihat olehku.

"Mama?" kataku lirih.

Ia tersenyum, meskipun matanya masih basah. "Syukurlah kamu sudah sadar," katanya pelan.

"Aduh!" kataku tiba-tiba, karena kepalaku seolah baru saja berdenyut hebat. Kuangkat tangan kananku, kusentuh pelipisku dengan lembut, dan merasakan perban yang membalut kepalaku. Perih.

"Tidak apa-apa, kata dokter kamu cuma gegar otak ringan, meskipun ada luka goresan yang lumayan panjang di dahimu,"katanya, masih dengan suara lembut.

"Ini, minum obat ini dulu," sambungnya.

Aku tidak sanggup bicara lagi, lagipula aku juga tidak tahu apa yang mau kubicarakan. Akhirnya aku hanya meminum obat itu dan kembali diam. Ketika Mama menoleh memandang jendela, aku baru benar-benar menyadari bahwa aku ada di rumah sakit. Perlahan ingatanku kembali, seperti potongan-potongan mimpi yang baru saja berhasil kita ingat. Kemudian sebuah sentakan seolah menyadarkanku dari mimpi tersebut.

Aku berusaha menoleh dan berbicara kepada Mama, "Ma, Kakak?"

Mama hanya menatapku sayu, dan berkata, "Andai Mama bisa melakukan sesuatu untuk kakakmu."

Aku tersentak. Maksudnya? "Ma, kakak kenapa?" tanyaku, berusaha agar suaraku tetap tenang.

Sambil tersenyum sekilas, Mama menjawab, "Kakakmu nggak kenapa-napa. Seenggaknya, sudah nggak apa-apa. Tadi dia sempat krisis karena nyaris kehabisan darah, tapi sekarang dia baik-baik saja."

Mendengar kata-katanya, aku merasa seolah sesuatu yang sempat memenuhi rongga dadaku perlahan dikeluarkan. "Oh," jawabku, dan kembali kupejamkan mataku. "Kenapa Mama sedih?" tanyaku sambil lalu.

"Mama nggak bisa mendonorkan darah untuk dia. Mama jadi merasa nggak berguna, padahal anak Mama sedang mempertaruhkan nyawanya," katanya. Ya, memang dalam keluarga kami tidak ada yang bergolongan darah sama, karena ayah mempunyai golongan darah O, dan mama AB, sementara Kakak bergolongan A, dan aku sendiri B. Jadi, kalau ada apa-apa, memang hanya mama yang tidak bisa mendonorkan darahnya untuk salah satu dari kami.

Aku tersenyum. "Kalau itu sih Mama nggak perlu khawatir, lagipula kakak pasti udah dapet donor lain, kan?" Aku berusaha menghiburnya.

"Ya, tapi kan, gimana kalo donornya itu ternyata membawa penyakit? Bukannya sehat, malah jadi penyakit, kan?" kata mama cemas.

"Aduuh...Mama jangan bilang sesuatu yang kayak gitu, dong...Kayla jadi takut, kan!" kataku bergidik. Ya Allah, semoga...

Mama menghela nafas berat, dan kelihatannya ia mencoba untuk tersenyum lagi. "Ngomong-ngomong, Ayah titip salam, dia mendoakan semoga kamu dan kakak cepat sembuh," katanya.

"Ayah tadi telepon, Ma?" tanyaku. Ayah memang sedang berada diluar kota untuk urusan kantornya.

"Iya, katanya dia mungkin baru pulang beberapa hari lagi," jawabmya. Kemudian ia pun bangkit, dan berjalan menuju ke pintu,"Kamu nggak apa-apa kan, Mama tinggal? Mama mau jenguk kakakmu dulu," tanyanya.

Aku mengangguk, dan beberapa detik kemudian kudengar suara pintu ditutup lembut.

Kamis, 18 Desember 2008

Capek

Yup. Akhir-akhir ini aku ngerasa gitu: Capek.
Capek kata-kataku terus-terusan disalah artikan.
Capek terus-terusan percaya, dan akhirnya dikhianati.
Capek terus-terusan berharap, dan akhirnya dikecewakan.
Capek terus-terusan bersikap optimis, dan akhirnya tersapu oleh sikap pesimis orang lain.
Capek untuk berjuang dan tidak dihargai.
Capek untuk terbuka pada orang lain.
Capek untuk ngomong langsung.
Capek untuk ngomentarin
Capek untuk dikomentarin.
Capek terus-terusan disalahkan
Capek untuk berpandangan positif dan langsung dipatahkan oleh pandangan negatif.
Capek terus-terusan mengingatkan
Capek untuk percaya sama orang lain.


Udah, ah. Capek buat nulis lagi.

Part 1 KBbS&AJ

Teeenggg!! Bel sekolah berbunyi. Namun, bunyi itu segera disambut oleh bunyi lainnya, yang segera membuat murid-murid berseru serempak,"Yaah!!" Yup, hujan deras telah melanda kawasan SMA ini. Karena dari pagi sampai siang tadi cuaca begitu cerah, tidak ada yang menyangka bahwa hujan akan turun. Makanya, kebanyakan murid tidak membawa payung, dan yang membawa payung pun segera diserbu oleh teman-temannya untuk nebeng pulang bareng.

Aku juga termasuk dalam salah satu murid-murid yang segera berseru kecewa bagitu hujan turun. Hari ini ada les, lagi! Kalau aku nggak sampai di sana tepat waktu, pasti bakalan dihitung sebagai absen oleh guru lesku yang nyebelin itu. Dan kalau sudah 5 kali absen, aku terancam dikeluarkan dari tempat les yang sekarang

Aku menatap suram jendela kelas yang kabur karena tertutup rintik air. Sebersit ide segera menyelinap masuk ke otakku. Oh, iya! Hari ini kan dia lagi nggak ada kuliah! Minta jemput dia aja, deh!!

Kuambil handphoneku, lalu menelepon nomor yang sudah amat kukenal itu.

"Halo? Assalamualaikum! Eh, lo jemput gue, dong! Ujan nih, gue kan ada les ntar jam empat!" kataku pada seseorang di seberang sana.

"Waalaikumsalam! Yeee...emang gue supir lo apa! Seenaknya aja minta anter jemput kemana-mana!" sungutnya.

"Eh, sekali-kali kan nggak ada salahnya nyenengin adek sendiri! Udah, nggak usah cerewet, buruan dateng!" balasku tak kalah sengit.

" Huuh!! Siapa suruh nggak bawa payung! Ya udah deh, gue jemput, dengan syarat lo mau nraktir gue bakso di ujung gang !" Sial. Masa aku mesti nraktir dia, sih? Yah, tapi nggak apalah, daripada dimarahin sama guru geblek itu. "Ya udah deh, deal!"

Yah, sudahlah, akhirnya aku nungguin dia dateng, sambil baca-baca majalah. Dan kira-kira setengah jam kemudian, dia datang, sambil membawa payung. Dia masuk ke teras sekolahku, dan ketika melihatku, dia tersenyum manis dan memanggilku, "Kayla! Yuk, kita berangkat!"

Begitu melihatnya, aku langsung tercengang. Nggak biasanya dia bersikap semanis ini padaku. Tapi, begitu melihat teman-temanku yang masih ada di sekitar teras takjub menatapnya, aku langsung paham. Dasar! Cari kesempatan buat tebar pesona aja, sih!

Segera saja aku mendekatinya, dan begitu yakin tidak ada orang yang melihat, aku langsung mencubit lengannya keras.

"Aduh!! Sakit tau! Emang gue ada salah apa sih sama lo?" katanya sambil meringis dan melompat menghindar.

"Dasar lebay! Lo tuh ya, ngapain sih pake tp tp segala di sekolah gue?" kataku merengut.

"Lah, ada peraturannya gitu kalo di sekolah lo nggak boleh ada acara tp segala?" katanya bandel.

"Eh, asal lo tau aja ya, gue nggak rela kalo sampe ada temen gue yang jatuh cinta sama lo! Bisa menderita tuh hidupnya!" balasku.

Sejenak ia terdiam, lalu mengeluarkan kunci mobil dan membuka pintu mobil. Aku kaget juga dengan perubahan sikapnya ini. Aku jadi merasa bersalah, mungkin ada kata-kataku yang sedah menyakiti hatinya.

Setelah duduk di kursi penumpang di sebelahnya, aku segera berkata,"Eh, lo nggak papa? Maaf ya, kalo gue kelewatan", kataku lirih.

Tiba tiba saja ia menatapku. Hampir saja aku terkecoh oleh ekspresinya, kalau ujung-ujung bibirnya tidak bergetar menahan tawa, dan matanya tidak bersinar jahil. Langsung saja, aku menimpuk kepalanya dengan tas kecil yang kubawa dari tadi, isinya baju olahraga.

"Aduh! sakit, tau! Lagian emang nggak bau apa!" katanya sebal.

"Bau, bau dari hongkong! ini baju nggak gue pake, tau! Dasar lo nya aja yang lebay!" kataku lebih sebal lagi.

Dia tertawa, dan kali ini dia menyetir mobil dengan perlahan. Sesampainya di jalan raya, ia mulai mengoceh lagi, "Eh, tau nggak sih, tuduhan lo tadi pagi nggak bener!"

Aku bingung. "Hah? yang mana?"

"Yang lo bilang gue nggak punya cewek itu. Yah, seenggaknya tuduhan lo itu nggak bener sejak tiga jam yang lalu. Gue baru aja nembak seorang cewek, dan dia bilang dia mau jadi pacar gue!" katanya sumringah.

"Hah, serius lo? selamet, ya! Eh, ngomong-ngomong, lo nembak cewek dari mana? Oh iya, berarti gue nggak mesti nraktir lo, dong! Kan gue belom dapet pj nya!"

"Hahaha, ya udah deh, karena gue baik, kali ini gue yang nraktir elo!"

"Wah? Kesambet apaan, nih? Makasih, ya!" kataku tulus.

Lagi-lagi, ia menganggukkan kepalanya dan tersenyum menatapku. Aku sempat tersenyum balik juga padanya, kalau saja aku tidak melihat sesuatu di tengah jalan. Ya ampun! Ada anak kecil yang sedang mengejar bolanya yang menggelinding ke tengah jalan!

"Kak, awas!!!" kataku panik. Dia segera membanting setirnya begitu melihat anak itu. Mobil yang kami naiki pun terpental akibat perubahan arah yang tiba-tiba. Aku tidak dapat melihat apapun kecuali pusaran warna-warna karena putaran mobil yang begitu cepat. Setelah itu, semuanya hitam.

Rabu, 17 Desember 2008

Merasa Terlalu Banyak Tahu

Pernah nggak ngerasa kayak gitu? Kalo soal pelajaran atau yang lainnya sih nggak apa-apa. Masalahnya...kadang aku ngerasa kalo aku tahu hal-hal yang seharusnya aku nggak tahu. Masalah pribadi pula!

Tahu kan, kalo yang namanya cewek itu pasti bakal cerita berbagai hal kepada temannya, atau orang yang ia percayai. Aku juga gitu, sih. Tapi, efek dari kebiasaan ini adalah aku jadi 'terlalu banyak tahu'. Mungkin orang, atau sesuatu yang aku ketahui itu akan kaget bahwa aku ternyata tahu sebanyak itu tentang sekitarnya. Sebenarnya bukan mungkin lagi sih, soalnya pernah ada kejadian kayak gitu. Ada orang yang kaget banget saat dia tahu kalo ternyata aku tahu apa yang dia pikir aku nggak tahu.

Yah, mungkin ada yang bakal bilang, "Nggak apa-apalah! Toh loe nggak cerita ke siapa-siapa, kan?" Memang, sih...kecuali aku perlu ngomong, aku nggak bakal cerita-cerita ke orang lain. Tapi bukan itu masalahnya.

Masalahnya adalah, aku jadi nggak bisa ngelakuin apa-apa! Aku nggak bisa ngomong sama orangnya langsung, karena seharusnya aku berada dalam kondisi 'tidak tahu'. Dan itu rada nyebelin...terutama kalo yang kita ketahui adalah saat temen kita ada dalam masalah, dan kita jadi nggak bisa ngelakuin apa-apa untuk mereka...geregetan banget, nggak sih? Tapi, seenggaknya aku bisa ada untuk dia, meskipun hanya aku cuma bisa memberi saran atau bahkan tepukan di bahu atau punggung...(hehe, yang ini sering banget, nih) Tapi, aku percaya kok...bahwa manusia itu pasti bisa melalui masalahnya, dengan berusaha.

Mungkin aku mesti ngurangin mikirin orang lain...kadang kayaknya aku terlalu mikirin gimana perasaan orang lain atau gimana pendapat orang lain...dan kayaknya tanpa sadar itu ngebebanin aku juga...Aku jadi gampang terpengaruh sama yang namanya empati...Dan jadi terlalu banyak waktu terbuang buat mikir...Belum lagi terkesan plin-plan...Justru jadi nggak aktif, kan?

Tapi, manusia itu makhluk sosial! (Inget postingan tentang egois) Dan kalau aku nggak mikirin orang lain, pasti bakal ada orang yang bilang,"Loe nggak merhatiin perasaan orang lain, sih!" atau," Loe nggak liat-liat keadaan dulu, sih!" Hahaha, serba salah memang manusia itu. Jadi mesti gimana? Begini salah, begitu salah...

Balik lagi ke topik. Soal terlalu banyak tahu, mungkin ini juga yang dinamakan 'intuisi cewek', ya nggak sih? Kan katanya cewek itu mengumpulkan banyak informasi, dan pada suatu kejadian tertentu, informasi-informasi itu membentuk sebuah kesatuan, sehingga cewek bisa memperkirakan apa yang akan terjadi dengan tepat, paling nggak punya perasaanlah...

Jadi, kesimpulannya apa? Hahaha, postingan paling nggak jelas kayaknya...

Selasa, 16 Desember 2008

UTS

UTS? Ujian tengah semester???udah lewat, kan?
Duh, duh..bukan itu...UTS disini itu adalah Ulang Tahun Sekolah...Eh, SMAN 81 udah 40 tahun, lho! udah tua, ya? ati-ati roboh o_O Nggak, ah, lebay.

Yah, seperti biasa, ada berbagai lomba-lomba yang diselenggarakan pada saat UTS ini. Puncaknya sih tanggal 5 Januari, (ultah kita sebenernya jauh sebelumnya.. karena Pak O***** lagi pergi haji, dan dia pengen ikut UTS, jadilah diundur...hihi) tapi lomba-lombanya udah diselenggarain dari Kamis kemarin...kalo nggak salah?

Tarik tambang yang putri...kalah...pada babak pertama. Yang putra...kalah...sebelum bertanding...pada babak kedua, melawan guru...huuuhuuhu :( Lagi-lagi, masalah yang biasa, yaitu: NGARET!!!! Huuh, sebel banget...kenapa sih pada ngaret? Mending kalah telak daripada kalah sebelum tanding...

Lomba nasi goreng...belum ada hasilnya. Ada satu hal unik yang baru kita sadari saat selesai menghias nasi goreng: Kok nasi gorengnya jadi kayak kebon, ya? rimbun dan banyak ijo-ijonya gitu...Hahaha, ya, sudahlah, berhubung drama kita berjudul KEBON METEOR...kita sebutlah itu nasi goreng nasi goreng KEBON...for global warming....hehe, anak Patas AC kreatif juga, ya...

Story telling, wah, yang ini aku nggak tahu kelanjutannya, katanya sih ada yang maju..

Kasti...Putri masuk semifinal!!! Yay!! Doakan kami menang, ya!! Final hari Kamis besok. Kalo yang putra...sayang sekali sodara sodara...kita kalah...(sempet nyolot-nyolotan sama anak 10-3, yang akhirnya kayaknya berujung pada dendam pribadi...)

Spanduk...masih dalam proses!! Doakan semoga jadi dan menang!

Yang jadi masalah itu vokal group...nggak ada yang mau maju...huhuh...akhirnya kucoba untuk ngejarkomin Patas AC lagi...besok ngumpul di sekolah jam 8, niatnya sih mau nyari anggota buat VG, trus sisanya nonton latihan sambil ngerjain spanduk. Nggak mau lagi kalah tanpa bertanding! Paling nggak kan ada usaha...

Sisanya liat aja di postingan berikutnya...

Jumat, 05 Desember 2008

Selesaiiii!! + Foto Drama




















Ujian Blok, selesai! Kartul, selesai, Idul Adha, tinggal pelaksanaan!!! Horeee!!!
Btw, aku nggak sempet cerita tentang drama, nih...huuh...kebanyakan tugas sampe lupa jalan ceritanya drama...Kalo mau liat, liat di blognya Bianca aja. Ada linknya tuh di samping.
Btw, ini foto yang kita ambil sebelum drama.
Jadi inget, kita mati-matian ngumpetin San Chai ama Geng Pinky sebelum drama. Eh, di foto itu ada yang nggak keambil fotonya. Istri-istrinya Dao Ming Tse nggak ada, hehe. Waktu itu aku ada disana, cuma nggak mau ikutan foto. Jadi berdiri di samping aja :p Nggak kenapa-napa, sih, cuma aku nggak begitu suka sama yang namanya foto. Kecuali untuk acara-acara penting, jarang-jarang aku mau foto. Apalagi kalo sendirian. Rasanya aneh aja, ngeliat ada diri kita di sehelai kertas sementara kita ada di sisi ini, di hadapan kertas itu.

Kamis, 04 Desember 2008

Ganti nama lagi....

Yak...sukses pindah lagi. Udah lupa blog pertamaku apa, trus kedua fortsea, ketiga shiayaku, dan sekarang ini.
Kaizenaza = Kaizen + Aza.
Kaizen itu artinya pengembangan diri, sedangkan AZA itu inisialku. Udah pada bisa memperkirakan maksudnya apa, kan? Yap, usaha untuk menjadi lebih baik, dan itu yang sekarang pengen kulakukan.

Jumat, 28 November 2008

Wanita Cantik

Jangan bingung sama judul di atas, hehe. Itu gara-gara baru dapat sms tadi. Bunyinya gini:

Wanita cantik melukis kekuatan melalui masalahnya
Tersenyum saat tertekan,
Tertawa saat hati menangis,
Memberkati disaat terhina,
Mempesona karena mengampuni.

Wanita cantik, mengasihi tanpa pamrih
Berkata kuat dalam doa dan pengharapan...

Aaah~~pengen banget jadi kayak gitu, doakan ya, semoga aku bisa jadi orang seperti itu. Jadi kuat tanpa harus menyalahi fitrahku.
Oh ya, semoga yang membaca postingan ini (kalau cewek, ya...:p)juga dikaruniai Allah kemampuan seperti itu...
AAAAHHH!!! seminggu lagi deadline KARTUL!!

Rabu, 26 November 2008

~~Part 1

“Awas! Kamu tidak boleh ke sana!” Aku berusaha menyambar tangannya, namun ia malah berkelit dan tertawa.

“Ayolah, masa kamu tidak pensaran dengan tempat ini?” Serunya sambil tertawa riang.

Sejenak aku bimbang, namun ketika helai rambutnya yang terakhir menghilang dari pandangan, kuputuskan untuk mengikutinya.

Kulongokkan kepalaku ke balik dinding batu yang membatasi daerah terlarang ini. Tiba-tiba, ia muncul dan menarik tanganku agar aku masuk ke dalam.

“Tidak usah takut, tidak ada monster disini,” katanya riang.

Ya, dari dulu kami, anak-anak yang tinggal di desa di kaki gunung, selalu dinasehati agar ridak bermain di gua ini. Bahkan, orang-orang dewasa pun hanya boleh memasuki tempat ini setelah mendapat izin dari kepala suku. Konon, di kawah ini terdapat seekor makhluk yang akan menyemburkan api bila ia marah. Makhluk itu berkulit hitam keabu-abuan dan bermata merah. Tubuhnya setinggi pohon jati dan memiliki rambut gimbal yang terurai hingga mata kaki. Ia hidup dengan memakan daging segar, dan yang paling disukainya adalah daging manusia, terutama daging anak gadis. Makhluk itu adalah penjaga gunung ini, karena itu para penduduk desa tidak berani mengganggunya. Namun, ketika musim pacelik tiba, kami akan mempersembahkan sesajen ke gua untuk dimakan oleh makhluk itu.

Aku masih ragu-ragu untuk melangkah masuk ke dalam gua itu. Tapi akhirnya aku terpaksa masuk ke dalam, karena ia terus-terusan menarik tanganku. Benar katanya, tidak ada apa-apa disana, kecuali sebuah lubang besar yang menganga di tengah-tengah dasar batu. Asap membubung keluar dari lubang itu.

Kemudian, aku menyadari sesuatu, dan kakiku seolah membeku karenanya. Dia sudah melepaskan tarikannya, dan sekarang berjalan ke pinggir lubang, lalu berlutut di pinggir lubang itu, hanya berjarak beberapa langkah dari tepiannya. Secepat kilat sebuah pikiran meloncat dalam pikiranku, dia akan dimakan oleh makhluk itu!

“Sami! Cepat kesini, nanti kau akan dimakan makhluk itu!” Seruku ketakutan.

Bukannya menjauh, dia justru menoleh dan tersenyum mengejek, “Dasar penakut. Ayo kesini! Tidak ada apa-apa, kok!”

Akhirnya, aku memberanikan diri untuk melangkah dan mendekatinya. Sesekali rambutnya yang hitam tergerai melambai tertiup asap. Matanya kadang tampak berkilau merah menyala, dan kini, setelah mendekat, baru aku tahu sebabnya.

Di dasar lubang itu, di sela-sela asap yang tebal, terlihatlah api yang menyala-nyala. Seketika aku teringat lahi dengan cerita tentang makhluk penunggu itu. Aku ingin sekali melangkah mundur, namun tidak jadi, karena aku tahu bahwa dia pasti akan mengejekku lagi. Maka, aku pun ikut berlutut, meskipun aku tetap menjaga jarak dengan tepian lubang.

Tiba-tiba saja ia berdiri. Aku menatapnya heran, dan ia menoleh ke arahku. Matanya yang hitam berkilau seolah menghipnotisku untuk terus melihat setiap gerakannya. Ia maju beberapa langkah, dan yang membuatku ngeri, ia kini berdiri tepat di pinggir lubang itu. Ia berbalik, sehingga sekarang tubuhnya menghadap ke arahku. Perlahan, ia merentangkan tangannya, dan mulai berjalan menyusuri tepian lubang.

Aku mengawasi setiap langkahnya dengan jantung yang seolah bias berhenti kapan saja. Dan benarlah, jantungku seolah berhenti berdetak beberapa saat ketika aku melihatnya tergelincir. Untunglah, kaki dan tangan kanannya berhasil menemukan pijakan, sementara aku hanya berhasil meraih tangan kirinya. Beberapa saat tidak ada satupun dari kami yang sanggup bicara. Lalu, ia mulai tertawa keras-keras. Aku masih tidak bias bicara, namun kurasakan sesuatu yang panas mulai menyesaki seluruh tubuhku.

“Kamu itu sedang apa, sih?! Kamu pasti akan dimakan kalau mendekat ke sini!” Aku kehabisan napas dan kata-kata. Detak jantungku belum juga kembali seperti biasa. Wajahku terasa sangat panas. Ia segera berhenti tertawa, dan perlahan, kulihat bola matanya yang jernih berubah menjadi keruh.

“Maaf,” katanya lirih, dan aku segera menyesal sudah membentaknya.

“Sudahlah. Ayo kita pulang,” kataku, dan kali ini, ia menurutinya.

Jumat, 21 November 2008

Sebuah Keraguan

Sebuah keraguan? hmm...nggak juga sih, lebih tepat kalo dibilang ketidak yakinanku pada diriku sendiri. Sering banget aku meragukan kemampuanku sendiri, meskipun kadang setelahnya aku tahu bahwa ternyata aku bisa melakukan hal itu dengan benar.
Jadi inget waktu pertama kali dipilih jadi kaput. Sebelumnya calon yang lain pada bilang,"Udah, lo aja, deh" gitu. Tapi, aku nggak mau ngakuin itu, lagipula mereka itu (calon-calon yang lain) adalah orang-orang yang bener-bener berdedikasi sama Rohis. Waktu hasilnya diumumin, nyaris, aku nangis di depan mereka semua. Siapa lagi yang lebih tahu dariku tentang aku? Siapa lagi yang lebih tahu dariku bahwa aku nggak pantes buat ada di posisi itu? Aku sempet nolak, tapi ada kakak kelas yang bilang,"Dek, waktu Khalifah Umar dipilih jadi Khalifah, dia juga ngerasa nggak pantes untuk ngambil posisi itu. Tapi, karena itu hasil musyawarah, dia tetep melaksanakan jabatan itu". Mana bisa aku ngebantah yang kayak gitu? Alhasil, pulang dari LDKR, aku stress berat. Dan baru bisa bener-bener pulih tiga hari setelahnya (sakit juga, sih :p). Trus, menjelang masuk lagi setelah liburan, mulai cemas lagi. Tapi, alhamdulillah banget, aku dapet banyak banget dukungan dan bantuan dari rakan-rekan sekalian, juga dari senior-senior. Makasih banyaak!!
Trus, jadi sutradara di drama Kebon Meteor (hari Sabtu ini, lhooo!). Sering banget frustasi, beberapa kali meledak marah (maaf ya, semuanya! (-/\-)). Lagi-lagi, alhamdulillah, Ya Allah, Engkau sudah memberikan banyak teman yang baik untukku. Paling nggak kita bisa bekerja sama dengan baik, meskipun latihannya (woi! yang bener, dong!!) masih banyak yang asal-asalan. Maksudku, bukan berarti di antara kelompok kita sendiri sama sekali nggak ada masalah, tapi kurasa, kita berhasil menyingkirkan masalah itu untuk bisa bekerja sama dalam ini. Thanks to all of you, guys!
Dalam ngelaksanain semua itu, pasti ada satu titik yang bener-bener bikin aku depresi, dan semua itu sebabnya ya kalo bukan ketidakyakinanku pada diriku sendiri, ya berarti karena aku menyalahkan diriku sendiri atas apa yang terjadi. Dan itu semua, lagi-lagi, aku bersyukur banget, dan juga, makasih banyak untuk orang yang ngucapin ini, "Lo harus yakin sama diri lo sendiri, Fah! Kalo lo yakin lo bener, lo harus pertahanin keyakinan lo itu. Jangan nyerah gitu aja!" (BTW, bener nggak, sih? Dah rada lupa, tapi intinya begitu, kok). Dia ngucapin itu untuk hal lain, dimana (lagi-lagi) aku nggak yakin sama diriku sendiri. Tapi, kata-kata itu rasanya langsung nusuk ke hati, secara baru aja malemnya itu aku stress mikirin ini dan itu. Untung aku nggak sampe nangis lagi di depan dia. Udah berkaca-kaca, sih :p.
Kata-kata itu langsung nyadarin aku, bahwa ada orang lain yang berjuang demi aku, berjuang bersamaku, dan berjuang disisiku. Dan aku nggak boleh nyerah gitu aja. Paling nggak aku harus ngusahain yang terbaik, buat mereka, dan pastinya buatku sendiri. Karena, nggak ada yang bisa ngejalanin hidupku kecuali aku sendiri. Jadi, aku yang harus menentukan pilihanku. Baik itu berakibat baik atau buruk, aku juga harus siap untuk menanggung akibatnya sendiri.
Ayo berjuang!

Minggu, 16 November 2008

Pembuka KBbS&AJ

“Wooi!! Cepetan dong! Lama banget seeh!!” Aku segera turun dari tangga, dan nyaris terpental begitu sampai di dasar, karena tiba-tiba saja kakakku sudah ada di depan tangga. Untung saja ia segera memegang lenganku, menahanku agar tidak jatuh.

Aku segera menegakkan kembali badanku, namun baru saja aku mau mengucapkan terimakasih, ia sudah berkata lagi,”Jadi cewek tuh lelet banget, ya! Mau sekolah aja persiapannya ribet banget, sih!” Aku merengut, dan membalasnya dengan berkata,”Iya,iya! Gue ngerti kok ucapan orang yang nggak pernah punya cewek”, balasku. Dia menatapku, lalu langsung membalikkan badan dan berkata, “Bodo ah! Cewek satu aja dah ribet banget, apalagi kalo lebih! Mau gue anterin, nggak? Kalo mau cepetan, dong!” Ia berjalan menuju mobilnya dan membuka pintu. Kemudian ia melemparkan sebuah kunci padaku. “Nih! Bukain pagernya ya!”. Aku menangkap kunci itu, dan membuka pagar rumah sambil berteriak pada Mama yang menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah kami, “Ma! Kita berangkat dulu, ya!” Mama hanya melambaikan tangan sambil berkata, “Hati-hati di jalan, ya!”. Aku segera menutup pagar dan masuk ke dalam mobil yang segera melaju kencang di atas aspal.

Rencana

Hmm, aku ada rencana buat bikin beberapa cerita, yang sayangnya dengan jadwal yang kayak gini, bakalan susah buat kulakuin. Jadi, kuputuskan untuk membuat blog ini juga sebagai penampung ide-ideku

Rabu, 17 September 2008

Ikhlas

Tumben sempet posting cepet. Hari ini nggak tarawih, batuk lagi, hehe.

Yah, tadi pagi sempet ngebahas sedikit soal ikhlas. Sekarang baru deh, bakal kuceritain selengkapnya.

Kejadian bermula di hari Selasa yang cerah. Waktu itu anak-anak OSIS lagi ngumpulin uang sumbangan untuk disumbangkan pada anak yatim. Terus, dibacain deh, berapa perolehan sumbangan kita kemarin. Waktu dibacain sih, jumlahnya ya...nggak besar-besar amat, sekitar empat puluh ribuan, tapi pas lah dengan kondisi kelas kita yang beranggotakan 40 orang.
Namun, guru yang mengajar kita waktu itu mengomentari begini (kira-kira aja, udah rada lupa persisnya gimana), "kok cuma segitu? kalian ada empat puluh orang, kan?" Lantas beliau membandingkan jumlah yang kami dapat dengan kelas X aksel, yang jumlahnya mencapai lima puluh ribuan, meskipun jumlah anak aksel hanya sekitar separuh dari jumlah kita.
Seorang teman berkomentar," Kan yang penting ikhlas, Pak. Ikhlas kan nggak diukur dari jumlah". Ada benarnya, tapi mari kita simak lebih lanjut.
Kemudian setelah kami selesai menyumbang, beliau meneruskan topik yang tadi.
" Kita harus berhati hati dalam mengatakan ikhlas. Hati-hati, jangan sampai kalimat yang kita ucapkan 'yang penting ikhlas' menjadi bukti ketidakikhlasan kita",.
Selanjutnya, beliau menerangkan bahwa, keikhlasan tidak hanya didasari pada niat semata, namun juga proporsi. Contohnya, jika kita memiliki uang sejumlah seratus ribu (bukan yang satu lembar), apakah bila kita menyumbang sebesar seratus rupiah dapat dikatakan ikhlas?
Yah, yang kuinget masih sebatas itu saja. Kalau ada lagi, pasti langsung diedit

Note: Setelah hari itu, sumbangan kita langsung naik dua kali lipat, lebih malah. Hehe :D

Indonesia...Sebegitu miskinnya?

Nih template masih nggak beres-beres juga. Yah, udah lama nggak posting, ini juga rada telat. Kemarin baru denger berita soal pembagian zakat di Pasuruan yang berakibat melayangnya 21 nyawa. Udah pada denger kan?
Yang lebih parah lagi, semua itu 'hanya' untuk mendapatkan uang sebesar Rp 30.000! Oke, mungkin walaupun kita tetap menulis dengan angka yang sama, tetapi nilai uang itu mungkin berbeda bagi masing-masing kita. Buatku sendiri, jumlah itu adalah jumlah yang pertengahan, maksudnya aku nggak menganggap jumlah uang segitu adalah jumlah yang nggak berarti, yang bisa didapat dengan sekejap mata Tapi juga bukan sesuatu yang bisa ditukar dengan nyawa. Dan mungkin ada orang yang melihat jumlah uang tersebut dengan nilai di atasku maupun di bawah standarku.
Tapi, aku yakin kita sepakat akan satu hal: Apakah uang cukup sebagai pengganti nyawa?
Itu pertanyaan pertama. Masih banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya, seperti ada seberapa banyak orang miskin di Indonesia ini? Dan seberapa miskin? Seberapa standar miskin itu? Seberapa standar 'cukup' itu? Apakah pembagian zakat harus dilakukan dengan cara seperti itu? Dan sebagainya.



Mungkin, untuk saat ini, aku masih belum bisa benar-benar mengerti, apa arti uang itu sendiri, dan seberapa nilainya. Nilai uang itu...pasti berbeda untuk tiap-tiap orang, dan karena itu, seberapapun yang kita beri, itu mungkin akan berarti bagi orang yang berbeda. (inget pelajaran ikhlas yang baru diberikan seorang guru kemarin, mungkin pulang sekolah nanti bari bakal kutulis).

Jumat, 08 Agustus 2008

Teman

"Berteman itu enak, lho!". Kalimat itu dilontarkan oleh salah satu teman sekelas ditengah pelajaran bahasa Indonesia. Itu kenangan nomor satu dari masa kelas X. Apa sih awal-awalnya? kok dia sempet-sempetnya nanya gitu?
Waktu itu, masih sekitar dua setengah bulanan masuk SMA 81 ini. Memang sih, aku tergolong orang yang masa beradaptasinya lama. So, walau dua bulan udah berlalu pun, masih belum ada orang yang bener bener akrab sama aku.
"Emangnya lo nggak pernah ngerasa sendirian , ya?". Langsung, aku ngerasa seakan ditusuk dari belakang.
Seseorang pernah ngomong, kalo dia phobia sendirian. Dalam hati, aku setuju. Kesendirian itu bener bener sesuatu yang pantes buat ditakuti. Ngerasa sendirian secara hati, terutama. Selama masih ada orang -orang yang ada di hati kita, kita akan sanggup bertahan walaupun secara fisik kita sendiri. Aku tahu betul, karena aku sendiri pernah bener-bener ngerasa sendirian secara hati. Waktu-waktu itu, bener-bener nyiksa, dan cara aku bisa tetep bertahan adalah dengan tetap bilang pada diriku sendiri, tinggal tiga hari lagi, tinggal dua hari lagi, tinggal satu hari lagi, besok semuanya selesai...
Disaat itu, kita bener-bener butuh teman, butuh seseorang untuk mengisi relung-relung jiwa, untuk menjaga agar hati kita tidak hampa. Di saat itu, baru bener bener kerasa gimana kita menyayangi teman kita.
Lalu, teman itu apa?
Sulit juga menjawab pertanyaan ini. Banyak definisi tentang teman itu sendiri. Tapi, menurutku sendiri, hal-hal yang kurasakan selama aku berada didekat teman-temanku, adalah kenyamanan. Baik ketika bicara maupun tidak. Buatku, teman adalah seseorang yang aku bisa berjalan bersamanya dalam diam tanpa perlu merasa canggung. Orang yang akan membuatku tersenyum hanya dengan mengucapkan beberapa kata disaat aku benar-benar khawatir. Orang yang dengan berhati-hati akan menyampaikan pendapatnya tentang diriku dan memberikan solusi semampunya tentang masalah yang kuhadapi. Orang yang bersamanya aku bisa dengan tenang berjalan dan bicara, walaupun orang lain menatapku aneh. Orang yang aku bisa mempercayakan sebagian perasaanku padanya, karena aku tahu aku akan sanggup untuk berterima kasih dan meminta maaf padanya. Orang yang mampu mengeluarkan pribadi asliku bahkan disaat aku menutup diri. Orang yang sedikitnya tahu tentang diriku. Orang yang aku ingin berguna baginya. Orang yang ingin selalu kulindungi dan kudoakan. Orang yang kusayangi, kuhormati, dan kukagumi. Orang yang berharga bagiku.

.....Hitotsu hitotsu dakishime nagara egao ni kaeru yo.....
.....Yasashii, kimi no koko de deaeta, hanaretakunai yo.....


To all my friends, I love you!!!

Senin, 04 Agustus 2008

Egois

Egois. Kata itu dilontarkan seorang teman waktu jalan bareng sepulang sekolah tadi. Entah bagaimana awalnya sampai dia bisa kepikiran kata satu itu (katanya sih dari sinetron Cinta Fitri, tapi aku nggak tau karena nggak nonton sinetron), tapi banyak hal yang bisa kita pikirkan saat kita mendengar kata tersebut.
Seringkali kita tidak sadar dengan keegoisan kita. Kita hanya memikirkan diri sendiri dan sama sekali tidak memikirkan orang lain, ketika melakukan hal tersebut. Namun, ada pula kalanya saat kita tidak berniat untuk bersikap egois ataupun berkata egois, namun kesan itulah yang tertangkap oleh orang-orang disekitar kita.
Ada saatnya, dimana kita berusaha untuk memikirkan orang lain, namun justru keegoisanlah yang tampak. Bahkan, mungkin ketika aku sedang ngomongin masalah egois saat ini, sebenarnya aku mungkin sedang bersikap egois.
Karena pembicaraan dengan teman tadi, aku jadi berpikir juga, betapa beruntungnya orang-orang yang punya orang lain untuk mengingatkan dirinya saat orang itu bersikap egois. Tapi, perlu kita pikirkan lagi, saat kita mengatakan orang lain egois, apakah saat itu kita tidak sedang bersikap egois? Bagaimanapun saat itu kita sedang berhadapan dengan orang lain yang juga memiliki hati yang dapat terluka.
Jika kita mengatakan bahwa orang itu egois sampai menyakiti hatinya, bukankah itu juga sesuatu yang dapat disebut keegoisan juga?
Masalah egois ini kelihatannya seperti roda yang tidak terputus. Karena, bagaimanapun juga manusia sebagai suatu individu harus memikirkan dirinya sendiri agar dapat bertahan hidup. Tidak mungkin seseorang (ingat, manusia tidak sempurna) tidak pernah bersikap egois sekalipun sepanjang umurnya. Dan tidak ada jalan untuk sama sekali menghilangkan keegoisan dari diri kita. Selama manusia masih hidup, ia punya kewajiban untuk memikirkan hidupnya memikirkan dirinya, kepentingannya, dan kebutuhannya.
Lalu, yang bisa kita lakukan hanya berusaha...setidaknya berusaha untuk tetap memikirkan orang lain, sekalipun kita tetap bersikap egois, bahkan disaat memikirkan kepentingan orang lain.

Sabtu, 02 Agustus 2008

Tumor dan Kanker

Definisi Tumor dan Kanker

Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa buah mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan agen kimia maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan (diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline).
Tumor (bahasa Latin; pembengkakan) menunjuk massa jaringan yang tidak normal, tetapi dapat berupa "ganas" (bersifat kanker) atau "jinak" (tidak bersifat kanker).

Perbedaan Tumor dan Kanker

Tumor adalah benjolan atau pembengkakan, jadi setiap benjolan yang abnormal pada tubuh kita bisa disebut tumor, tanpa membedakan apakah jinak atau ganas. Tetapi secara awam, tumor berarti pertumbuhan sel-sel yang bersifat jinak. Tumor tidak menyebar, tumor bertumbuh di satu tempat dan terus membesar. Di lain pihak, kanker berarti pertumbuhan abnormal sel-sel yang bersifat ganas, invasif, merusak jaringan sekitar, menyebar dan tumbuh dengan cepat.

Penyebab Tumor dan Kanker

Penyebab Tumor dan kanker masih belum diketahui dengan pasti, tapi secara umum dipercaya bahwa proses terbentuknya tumor berkaitan dengan 3 faktor utama yaitu genetik (keturunan), karsinogenik (onkogen) dan co-karsinogen (co-onkogen). Faktor genetik atau keturunan menyebutkan bahwa beberapa orang membawa bakat (berupa gen) untuk tumor tertentu. Tentunya bakat saja tidak akan menjelma menjadi tumor di kemudian hari jika tidak ada faktor pemicu lainnya. Faktor pemicu lainnya itu adalah karsinogen dan co-karsinogen. Yang termasuk karsinogen antara lain senyawa kimia (seperti asbes, pengawet dan pewarna makanan), faktor fisika (seperti radiasi roentgen berlebih, sinar matahari berlebih), hormonal (seperti peranan estrogen pada kanker payudara, testosterone pada kanker prostate), dan virus (seperti virus HPV sebagai biang keladi utama kanker leher rahim ). Sedangkan co-karsinogen adalah usia tertentu (umumnya kejadian tumor seiring dengan pertambahan usia), pola hidup yang salah, merokok, alkohol, pola makan kurang serat, adanya iritasi berulang-ulang.

Pencegahan Agar Tidak Terkena Tumor dan Kanker

Untuk pencegahan tumor dan kanker, cara yang paling penting adalah menghindari unsur karsinogen ini. Cara lainnya adalah mengonsumsi bahan-bahan yang terbukti menghambat atau mencegah pertumbuhan tumor atau kanker. Bahan-bahan inilah yang disebut antitumor promoter.

Cara Mengobati Tumor dan Kanker Secara Medis

Pengobatan tumor ada berbagai macam, secara umum merupakan kombinasi antara operasi, radiasi dan kimia (kemoterapi). Tumor jinak jika mengganggu dan memungkinkan biasanya dioperasi dan diangkat. Dan selanjutnya kekambuhan jarang terjadi. Tumor jinak tidak memerlukan terapi radiasi maupun kemoterapi. Berbeda dengan tumor jinak, hanya kanker stadium sangat awal saja yang dapat diterapi dengan operasi semata, selebihnya biasanya diterapi kombinasi antar ketiga macam jenis terapi di atas.
Kanker dengan staging rendah umumnya dengan dioperasi pengangkatan yang baik dan dilanjutkan dengan radiasi terhadap kemungkinan adanya sel-sel yang tertinggal di sekitar daerah yang dioperasi, maka dapat menyembuhkan penderita. Pada kanker yang sudah bermetastasis, tambahan kemoterapi yang berupa obat yang disuntikkan ke pembuluh darah dimaksudkan untuk mengejar dan membunuh sel-sel kanker yang sudah berkeliaran ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah atau limfe. Dan biasanya dalam tahap lanjut, terapi kanker hanya ditujukan paliatif yang berarti bertujuan mempanjang usia dan meringankan gejala yang membuat pasien menderita. Terapi paliatif tidak bertujuan menyembuhkan, karena memang kanker sudah relatif sulit disembuhkan pada stadium lanjut.
Kapan diperlukan radiasi antara lain berdasarkan sensitivitas jenis sel kanker terhadap radiasi. Ada beberapa sel kanker yang memang sangat peka diradiasi dan memberikan hasil baik seperti kanker dari sel-sel embrional (contoh testis), atau sel-sel darah dan limfe (contoh limfoma). Tetapi ada beberapa sel kanker yang memang kebal terhadap penyinaran. Terkadang radiasi dilakukan sebelum operasi dengan tujuan kanker sedikit mengecil sehingga operasi lebih mudah dengan lebih sedikit efek samping. Permasalahan pengobatan kanker adalah kompleks, tidak semudah yang dituliskan diatas.

Cara Mengobati Tumor dan Kanker Secara Alami

Salah satunya adalah dengan mengkonsumsi berbagai macam herbal, seperti:
· Daun dewa (Gynura divaricata, Gynura segetum (Lour) Merr, atau Gynura pseudochina) cukup lama dikenal sebagai tanaman antikanker. Di beberapa daerah daun dewa dikenal dengan nama beluntas cina, atau samsit. Menurut penelitian, secara laboratoris ekstrak etanol daun dewa mampu menghambat pertumbuhan tumor paru pada mencit (tikus putih kecil). Ekstrak ini juga mampu menghambat pertumbuhan sel kanker.
· Jamur Maitake diketahui memiliki kemampuan untuk mencegah pertumbuhan tumor dan kanker. Maitake dalam mengobati tumor dan kanker disebabkan adanya unsur kimia Polisakarida Beta 1.6 Glukan sebagai rantai cabangnya. Unsur itulah yang membedakan jamur Maitake dengan jamur-jamur lainnya yang lebih dulu dimanfaatkan sebagai antikanker. Pada jamur tersebut, unsur kimia yang dikandung hanya Beta 1.3.
· Sarang semut terbukti ampuh mengatasi sel kanker. Sarang semut memiliki antiproliferasi. Anti proliferasi berarti menghambat proses perbanyakan sel. Sarang semut juga mengandung tokoferol yang berfungsi sebagai antioksidan dan antikanker

keterangan lebih lanjut tentang pengobatan secara medis dapat dilihat disini
keterangan lebih lanjut tentang daun dewa
keterangan tentang sarang semut
wikipedia tentang tumor dan kanker

Biologi

Mmmm... awal postingan kali ini karena aku kurang puas dan kurang ngerti sama pelajaran Biologi yang diajarkan di sekolah. Dan bukan cuma aku aja.
Nah, berhubung ternyata banyak materi yang bisa dicari sumbernya lewat internet, aku bakalan ngusahain untuk referensi tugas dan materi di kelasku.

Plasenta

Kemarin, acara plasenta anak KKR akhirnya berlangsung juga. Yaay!! Akhirnya namaku masuk juga ke daftar peserta. Setelah beberapa hari sebelumnya rebutan dengan berbagai orang, akhirnya anak-anak KKR sendiri yang nanyain untuk ikut plasenta (hehe :p). Namun, ketika melihat kedua deretan di belakangku, kaget. Isinya anak BVC semua. Ya, iya sih, berhubung bakalan ada performance dari band yang dua orang anggotanya adalah anggota BVC. Acara berlangsung mulus dan cukup seru, dan ketika ada cowok yang ditantang untuk 'merayu' cewek untuk 'nananana' di depan semua yang nonton, satu aula tertawa. Gombal bangeeet! Bayangin aja, kalimat pertama yang diucapin oleh cowok itu adalah, "Sayang, malam ini bulannya indah ya". Woooi!! apa hubungannya sama bulan! Sesi tanya jawab juga cukup seru (^.^)/banyak keriuhan di sini, taaapii.. kok yang nanya (kalau nggak salah inget) cewek semua?
Setelah sesi tanya jawab selesai, tentu aja, penampilan dari band....(lupa nama bandnya, kalo inget bakal diedit). Penampilan pertama, meriah banget, meskipun penampilan kedua dan ketiga yang tersisa sebagai penonton tinggal anak-anak BVC, KKR dan sedikit lagi. Hehe...solidaritas! Toh, emang sebenarnya performancenya keren, kok. Ngg... kemarin sempet minta foto sama yang seksi dokumentasi. Kalau udah dapet, bakal dipajang kok. \(^^)/

Keterangan Rotary

Oke, ada yang lupa. Sebelum cerita tentang rotary dan rotaract, mendingan aku kasih keterangan dulu apa sih rotary itu? Keterangannya bisa dilihat di sini, atau cari sendiri di google.

Rotary Club

Mumpung lagi berkeliling di dunia maya (ceile), aku sekalian nyari informasi tentang rotaract. Terus ketemu artikel kayak gini:
'Setelah proses yang cukup rumit, akhir aku berhasil bertemu dengan sang anak, Indra namanya. Kebetulan saat itu rotaract sedang mengadakan event rutin berupa pertemuan rotaract seluruh indonesia yang di selenggarakan di gegerkalong, Bandung (salah satu pengisi acaranya adalah Ary Ginanjar dari ESQ..,bukannya rotaract yahudi?? permainan jadi semakin menarik bukan..??). dari Indralah aku mendapatkan informasi awal tentang rotaract dan rotary.'
Yah, akhir-akhir ini aku lagi tertarik dengan yang namanya rotary club, gara-gara sedikit pembicaraan dengan beberapa orang.
Baca potongan tulisan itu, aku jadi mikir, mung-kin-kah....
Tapi, bener apa nggaknya aku juga nggak tahu, jadi ini sebatas dugaan aja. Kalau mau tau dengan lengkap tulisan tadi, liat aja di sini.