Teeenggg!! Bel sekolah berbunyi. Namun, bunyi itu segera disambut oleh bunyi lainnya, yang segera membuat murid-murid berseru serempak,"Yaah!!" Yup, hujan deras telah melanda kawasan SMA ini. Karena dari pagi sampai siang tadi cuaca begitu cerah, tidak ada yang menyangka bahwa hujan akan turun. Makanya, kebanyakan murid tidak membawa payung, dan yang membawa payung pun segera diserbu oleh teman-temannya untuk nebeng pulang bareng.
Aku juga termasuk dalam salah satu murid-murid yang segera berseru kecewa bagitu hujan turun. Hari ini ada les, lagi! Kalau aku nggak sampai di sana tepat waktu, pasti bakalan dihitung sebagai absen oleh guru lesku yang nyebelin itu. Dan kalau sudah 5 kali absen, aku terancam dikeluarkan dari tempat les yang sekarang
Aku menatap suram jendela kelas yang kabur karena tertutup rintik air. Sebersit ide segera menyelinap masuk ke otakku. Oh, iya! Hari ini kan dia lagi nggak ada kuliah! Minta jemput dia aja, deh!!
Kuambil handphoneku, lalu menelepon nomor yang sudah amat kukenal itu.
"Halo? Assalamualaikum! Eh, lo jemput gue, dong! Ujan nih, gue kan ada les ntar jam empat!" kataku pada seseorang di seberang sana.
"Waalaikumsalam! Yeee...emang gue supir lo apa! Seenaknya aja minta anter jemput kemana-mana!" sungutnya.
"Eh, sekali-kali kan nggak ada salahnya nyenengin adek sendiri! Udah, nggak usah cerewet, buruan dateng!" balasku tak kalah sengit.
" Huuh!! Siapa suruh nggak bawa payung! Ya udah deh, gue jemput, dengan syarat lo mau nraktir gue bakso di ujung gang !" Sial. Masa aku mesti nraktir dia, sih? Yah, tapi nggak apalah, daripada dimarahin sama guru geblek itu. "Ya udah deh, deal!"
Yah, sudahlah, akhirnya aku nungguin dia dateng, sambil baca-baca majalah. Dan kira-kira setengah jam kemudian, dia datang, sambil membawa payung. Dia masuk ke teras sekolahku, dan ketika melihatku, dia tersenyum manis dan memanggilku, "Kayla! Yuk, kita berangkat!"
Begitu melihatnya, aku langsung tercengang. Nggak biasanya dia bersikap semanis ini padaku. Tapi, begitu melihat teman-temanku yang masih ada di sekitar teras takjub menatapnya, aku langsung paham. Dasar! Cari kesempatan buat tebar pesona aja, sih!
Segera saja aku mendekatinya, dan begitu yakin tidak ada orang yang melihat, aku langsung mencubit lengannya keras.
"Aduh!! Sakit tau! Emang gue ada salah apa sih sama lo?" katanya sambil meringis dan melompat menghindar.
"Dasar lebay! Lo tuh ya, ngapain sih pake tp tp segala di sekolah gue?" kataku merengut.
"Lah, ada peraturannya gitu kalo di sekolah lo nggak boleh ada acara tp segala?" katanya bandel.
"Eh, asal lo tau aja ya, gue nggak rela kalo sampe ada temen gue yang jatuh cinta sama lo! Bisa menderita tuh hidupnya!" balasku.
Sejenak ia terdiam, lalu mengeluarkan kunci mobil dan membuka pintu mobil. Aku kaget juga dengan perubahan sikapnya ini. Aku jadi merasa bersalah, mungkin ada kata-kataku yang sedah menyakiti hatinya.
Setelah duduk di kursi penumpang di sebelahnya, aku segera berkata,"Eh, lo nggak papa? Maaf ya, kalo gue kelewatan", kataku lirih.
Tiba tiba saja ia menatapku. Hampir saja aku terkecoh oleh ekspresinya, kalau ujung-ujung bibirnya tidak bergetar menahan tawa, dan matanya tidak bersinar jahil. Langsung saja, aku menimpuk kepalanya dengan tas kecil yang kubawa dari tadi, isinya baju olahraga.
"Aduh! sakit, tau! Lagian emang nggak bau apa!" katanya sebal.
"Bau, bau dari hongkong! ini baju nggak gue pake, tau! Dasar lo nya aja yang lebay!" kataku lebih sebal lagi.
Dia tertawa, dan kali ini dia menyetir mobil dengan perlahan. Sesampainya di jalan raya, ia mulai mengoceh lagi, "Eh, tau nggak sih, tuduhan lo tadi pagi nggak bener!"
Aku bingung. "Hah? yang mana?"
"Yang lo bilang gue nggak punya cewek itu. Yah, seenggaknya tuduhan lo itu nggak bener sejak tiga jam yang lalu. Gue baru aja nembak seorang cewek, dan dia bilang dia mau jadi pacar gue!" katanya sumringah.
"Hah, serius lo? selamet, ya! Eh, ngomong-ngomong, lo nembak cewek dari mana? Oh iya, berarti gue nggak mesti nraktir lo, dong! Kan gue belom dapet pj nya!"
"Hahaha, ya udah deh, karena gue baik, kali ini gue yang nraktir elo!"
"Wah? Kesambet apaan, nih? Makasih, ya!" kataku tulus.
Lagi-lagi, ia menganggukkan kepalanya dan tersenyum menatapku. Aku sempat tersenyum balik juga padanya, kalau saja aku tidak melihat sesuatu di tengah jalan. Ya ampun! Ada anak kecil yang sedang mengejar bolanya yang menggelinding ke tengah jalan!
"Kak, awas!!!" kataku panik. Dia segera membanting setirnya begitu melihat anak itu. Mobil yang kami naiki pun terpental akibat perubahan arah yang tiba-tiba. Aku tidak dapat melihat apapun kecuali pusaran warna-warna karena putaran mobil yang begitu cepat. Setelah itu, semuanya hitam.
Heartbroken
10 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar