Rabu, 15 Agustus 2012

Evaluasi - Introspeksi - Self Improving; "Kaizen"

Well again, I've missed my own promise. Janji untuk menulis kembali di blog ini belum juga ditunaikan setelah hampir, berapa? Setahun? Beruntung blogger belum punya ide cerdas untuk menghapus blog ini dari peredaran bumi. Hehe.

Anyway, lots of thanks to Rizqah Pangestu for reminding me of my blog. And hello again for Latifah Yulia, who do not abandoned her blog like I and a lot of others do. I still read your post, dear :)

I've changed this blog template again, since the last template missed some gadgets. But unfortunately, I've also lost all of my previous self-made-template due to my flashdisc (Bener nggak sih ngejanya? Blogger nggak nge-recognized kata ini di English soalnya) and PC being broken and having a breakdown (oh, and lost as well). Dunno whether I can make another template or not, cause it seems that i don't have any spare time left!

A lot happens in one year #Seisou~Conrad no theme mengalun di kejauhan#. Mulai dari keluar dari asrama (yep, I've been kicked out. hiks), went to Malay, get into Forces and BEM F (which somehow made me set my heart on). Been trying to get my essays accepted by the public media, and finally made it *yaay*. Still working on short stories, not much has changed :( . Got a text from an ex-minister staff, finally being a senior and feels old. See, a lot happened. 

Setiap tahun ajaran baru (ya, setiap tahun ajaran. Bukan tahun baru) saya selalu menetapkan sebuah target untuk dipelajari. Target tahun ini, adalah membuka diri. Lalu?

Yah, setelah melewati berbagai halangan dan rintangan, dengan megucurkan darah, keringat dan air mata (ini bener lho, kecuali bagian darahnya. wait... it happened. I'm still a girl after all :p hehe), mungkin... saya akhirnya berhasil menemukan secercah cahaya dalam kegelapan. Membuka diri, membiarkan orang tahu apa pendapat saya, sedikit bagian dari diri saya, masa lalu, apa yang terjadi pada saya pada saat ini, dan harapan saya di masa mendatang. It was hard, really. And it still is.

Untuk saya, membuka diri berarti membiarkan orang mengetahui bagian dari diri, termasuk kelemahan dan berbagai macam senjata mematikan lainnya yang dapat digunakan untuk menyerang balik diri saya. Bagi saya yang menganggap bahwa manusia adalah makhluk yang menakutkan, it is a big matter, what you can and should keep to yourself.

Ada orang-orang yang dengan mudahnya membuka diri kepada orang lain, and to some extent i think that's inappropriate. Kuliah Dasar-dasar Komunikasi (yep, I took it) juga menyatakan demikian. Ada batas-batas di mana kita masih dianggap normal untuk membuka diri, menuangkan emosi, menyanyikan kisah hidup kita kepada orang lain. Di luar itu, sebaiknya stop.

I still have to learn where to put the line off. But here and now, with a lot of person that i admire which do not hesitate to tell me when I'm wrong, I think I'm going to try to opened my self a little bit more.

So, what's the lesson for next year? Well, I think it's about "How to accept". Help me, would you?