Minggu, 28 Desember 2008

Liburan Yang Tidak Seperti Liburan

Oke. Sementara teman-teman satu angkatan (dan mungkin satu sekolah) sedang menikmati liburannya masing-masing, selama seminggu ini cuma sehari saya bisa santai di rumah, saudara-saudara!! Sisanya? Palingan ke Muhajirin, atau ngerjain flanel, atau yang lain-lain..

Jadi panitia buat I'm Nature dan Maulid. Sori, detail kegiatannya masih rahasia (apaan, sih! bilang aja kalo emang belom jelas!). Ya, ya, ya. Beginilah tahun kedua di SMA itu (lihat profil). Belum lagi J-club (Dhanee, maaf nggak bisa bantu banyak), belum lagi Pidas (sampe sekarang masi nggak tau mau ada kegiatan apa nggak), belum lagi kelas (spanduk udah selesai, alhamdulillah, bazar Utie yang ngurus, tinggal karnaval aja yang belum jelas). Sori garcen, sampe saat ini belum bisa ngeluangin waktu buat kalian. Kalo mau jalan, jalan aja. Kalo nungguin, ntar tambah lama lagi. Bukan berarti aku nggak mau ngarang bareng kalian lagi. Cuma jadi nggak enak kalo aku terus-terusan ngalangin. Gimana kalo netapin tanggal aja? Ntar aku tinggal liat bisa di luangin apa nggak hari itu.

Akhir akhir ini juga lagi baca 20 th Century Boys. Keren banget tuh manga. Dan aku mesti nahan diri mati-matian supaya nggak ngefans sama Kanna. Dia itu bener-bener manusia yang bisa disebut 'perempuan'. Cewek yang kuat, nggak hanya secara fisik, tapi juga mental (awas, mental di sini bukan berarti kemampuannya membengkokkan sendok itu. Yang kumaksud itu adalah kemampuannya untuk menggerakkan hati orang-orang, dan lain-lain yang sejenis). Tapi, biarpun dia kuat, dia tetep cewek...ngerti kan yang kumaksud? Gara-gara itu, aku jadi seneng banget sama Honoho-nya Spitz. Biar cuma insert song, ternyata lumayan juga. Dan aku dengerin lagu itu sambil ngebayangin Kenji yang mainin lagu itu. Sekarang kayaknya lagu itu jadi pengingat akan 20 th Century Boys (ini pasti gara-gara aku terus-terusan dengerin lagu ini sambil baca 20 th Century Boys). Padahal itu kan OST Honey & Clover. Tapi melodinya enak buat pendamping suasana 20 th Century Boys. Hmmm...

Udah ah, ini udah ngantuk banget, besok juga masih ada rapat. Mesti presentasi perkembangan pula. Oh ya, sebelum lupa, aku mau ngucapin sesuatu. Makasih, buat orang-orang yang udah ngasih aku kepercayaan. Dan, maaf, kalo aku pernah mengkhianati kepercayaan yang kalian berikan itu. (terinspirasi dari kejadian hari ini dan kejadian hari-hari yang lalu yang akhir-akhir ini kupikirin. Beneran mesti ngurangin mikirin kayak gini nih. Nyita waktu dan pikiran banget)

Oh, ada yang lupa. Ada satu hal yang kupertanyakan begitu ngeliat Kanna versi remajanya. Kok mirip banget sama Kanmuri dari Yakitate! Japan, ya?

Sabtu, 27 Desember 2008

Part 3 KBbS&AJ

"Kayla!" Bisik Yona, teman sebangkuku, cukup keras untuk membangunkanku dari lamunan. Aku menoleh dengan cepat, dan melihat Bu Haryati, guru olahraga kami, sedang berjalan diantara meja-meja, menerangkan pelajaran. Karena hari ini hujan, maka kami tidak bisa berolahraga di lapangan seperti biasanya. Maka, Bu Hayati pun menerangkan materi tentang penyakit kelamin kepada kami.

"Jadi, anak-anak, pita merah adalah simbol dari kepedulian dan solidaritas terhadap ODHA, maka dari itu..." Suara Bu Haryati kembali terdengar olehku, sementara dia kembali ke depan kelas. Aku kembali meletakkan daguku diatas meja, dan nyaris tertidur beberapa menit kemudian. Cuaca yang dingin dan lampu yang temaram akibat menggunakan LCD memang sangat mendukung untuk tidur. Belum lagi mataku memang agak berat karena mengerjakan tugas matematika sampai jam tiga pagi kemarin.

Lagi-lagi pikiranku menerawang ke mana-mana. Aku teringat lagi pengalaman ketika aku mengalami kecelakaan dengan kakakku. Ya, dua tahun telah berlalu sejak peristiwa itu. Aku yang dulunya masih junior, saat ini tengah mempersiapkan ujian nasional. Sekarang, bisa dikatakan bahwa aku sama sekali tidak mempunyai bekas-bekas dari kecelakaan itu. Paling-paling hanya sebuah luka goresan yang tidak terlalu panjang di atas alisku, satu-satunya pengingat dari kejadian itu. Dan kakakku? Oh, dia baik-baik saja, sekarang dia sudah kembali kuliah dan pergi bersama teman-temannya dan pacarnya yang itu. Hanya ada satu hal yang aku pertanyakan dari dulu, kenapa ceweknya itu nggak pernah muncul di rumah sakit selama kakak dirawat, ya? Kalau kata kakak sih, mungkin karena dia sibuk. Tapi, entahlah, sepertinya aku tidak begitu suka dengannya. Hmm...padahal aku juga belum pernah bertemu dengannya. Tapi mendengar cerita-cerita dari kakak, ya.. itu tadi. Apa karena aku tidak rela kakakku satu-satunya menyayangi wanita lain selain aku dan mama? Aku langsung tersenyum sendiri begitu kalimat tadi muncul di kepalaku. Kalau kakakku sampai mendengar kalimat itu, dia tentu akan langsung menukas, "Wanita? Lo? Nggak deh, makasih. Lagian sejak kapan gue sayang sama lo?" Ya, dia pasti akan bilang begitu. Tapi, aku tahu, kalau aku menyayanginya. Dan aku juga tahu kalau dia pun menyayangiku.

Lamunanku tergangu lagi oleh tepukan keras di punggungku yang dilakukan oleh Yona. Aku menoleh lagi, dan dia menyodorkan buku yang terbuka. Aku menatapnya bingung, dan dia seolah menjawab pertanyaan yang terlintas di kepalaku, "Latihan soal. Halaman 58. Essay. Disuruh ngerjain," katanya singkat. Huaaahhmm. Bikin males aja nih. Malas-malasan aku mulai mengambil selembar kertas file dan pulpen, lalu mulai membaca soal dan mengerjakannya.

Nomor satu. Sebutkan lima macam penyakit kelamin dan jelaskan. Aku membalik-balik beberapa halaman sampai menemukan jawabannya. Kemudian tinggal menyalinnya di kertas. Begitu terus sampai nomor delapan. Nomor sembilan, tunjukkan bentuk kepedulianmu terhadap HIV/ AIDS. Aku berpikir sejenak, lalu menuliskan jawabannya. Mempelajari tentang AIDS di sekolah, mengikuti kegiatan-kegiatan mengenai kampanye HIV/ AIDS...jawabku mengarang. Soal nomor sepuluh, bila ada ODHA di lingkunganmu, apa yang akan kamu lakukan? Ah, ini gampang. Tinggal mengarang saja yang baik-baik. Tidak mengucilkannya dari pergaulan, bersimpati dengan keluarganya, blablabla...

Yona mencolek lenganku dan berkata, "Liat dong nomor sepuluh!" Aku menyerahkan kertas jawabanku kepadanya. Ia membacanya beberapa saat, kemudian mengembalikan kertas itu kepadaku, "kayaknya jawaban kita hampir sama, deh. Mudah-mudahan nggak disangka nyontek," katanya.

"Ah, nggak apa-apa kali, emang pada nyalin di buku, kan? Nggak heran kalo sama. Lagian yang ada tuh yang cuma nyalin doang dari punya orang lain. Bukan ulangan ini," kataku. "Tapi yang nomor sembilan sama sepuluh emang sama?" tanyaku melanjutkan.

"Nggak persis sih, tapi garis besarnya sama," jawab Yona. Aku menyeringai. memang kalau ada soal seperti ini orang pasti akan langsung mengarang yang baik-baik, untuk menjaga moralitas, hehehe. Namun, tiba-tiba Yona berkata lagi, "Tapi ya, kalau beneran ada ODHA di sekitar gue, gue nggak yakin gue bakalan bisa bersikap kayak gitu."

"Maksud lo?" kataku penasaran.

"Yah, gue nggak yakin gue bisa nerima mereka, tanpa ngucilin mereka sama sekali. Gimana juga pasti ada perasaan jijik dan was-was kalo ada di deket mereka," jelasnya.

Aku mengangguk-angguk. Memang, aku juga mungkin akan bersikap seperti itu. Bahkan masyarakat kebanyakan pun pasti akan bersikap seperti itu. Belum lagi paradigma masyarakat yang selalu mengkaitkan AIDS dengan free sex, sehingga kadang AIDS dianggap sebagai penyakit kutukan. Tiba-tiba saja terlintas di pikiranku, bagaimana jika suatu saat aku benar-benar harus berurusan dengan ODHA? Apa yang akan kupikirkan? Apa yang akan kulakukan?

Lamunanku baru benar-benar terhenti ketika suara Bu Haryati kembali memenuhi kelas, "Anak-anak, ayo kumpulkan sekarang!!"

Sabtu, 20 Desember 2008

Part 2 KBbS&AJ

Putih. Silau. Seolah sesuatu yang panas mengaliri kepalaku. Perlahan kurasakan rasa mual, seolah ada sesuatu yang mendesak naik ke kerongkonganku. Kututup mataku kembali, dan perlahan aku mulai bisa merasakan ada seseorang yang mengelus lengan kiriku. Perlahan kubuka mataku, dan kali ini, meskipun masih silau, aku bisa melihat seseorang di sampingku. Aku menyipitkan mata, dan perlahan sosok orang itu mulai terlihat olehku.

"Mama?" kataku lirih.

Ia tersenyum, meskipun matanya masih basah. "Syukurlah kamu sudah sadar," katanya pelan.

"Aduh!" kataku tiba-tiba, karena kepalaku seolah baru saja berdenyut hebat. Kuangkat tangan kananku, kusentuh pelipisku dengan lembut, dan merasakan perban yang membalut kepalaku. Perih.

"Tidak apa-apa, kata dokter kamu cuma gegar otak ringan, meskipun ada luka goresan yang lumayan panjang di dahimu,"katanya, masih dengan suara lembut.

"Ini, minum obat ini dulu," sambungnya.

Aku tidak sanggup bicara lagi, lagipula aku juga tidak tahu apa yang mau kubicarakan. Akhirnya aku hanya meminum obat itu dan kembali diam. Ketika Mama menoleh memandang jendela, aku baru benar-benar menyadari bahwa aku ada di rumah sakit. Perlahan ingatanku kembali, seperti potongan-potongan mimpi yang baru saja berhasil kita ingat. Kemudian sebuah sentakan seolah menyadarkanku dari mimpi tersebut.

Aku berusaha menoleh dan berbicara kepada Mama, "Ma, Kakak?"

Mama hanya menatapku sayu, dan berkata, "Andai Mama bisa melakukan sesuatu untuk kakakmu."

Aku tersentak. Maksudnya? "Ma, kakak kenapa?" tanyaku, berusaha agar suaraku tetap tenang.

Sambil tersenyum sekilas, Mama menjawab, "Kakakmu nggak kenapa-napa. Seenggaknya, sudah nggak apa-apa. Tadi dia sempat krisis karena nyaris kehabisan darah, tapi sekarang dia baik-baik saja."

Mendengar kata-katanya, aku merasa seolah sesuatu yang sempat memenuhi rongga dadaku perlahan dikeluarkan. "Oh," jawabku, dan kembali kupejamkan mataku. "Kenapa Mama sedih?" tanyaku sambil lalu.

"Mama nggak bisa mendonorkan darah untuk dia. Mama jadi merasa nggak berguna, padahal anak Mama sedang mempertaruhkan nyawanya," katanya. Ya, memang dalam keluarga kami tidak ada yang bergolongan darah sama, karena ayah mempunyai golongan darah O, dan mama AB, sementara Kakak bergolongan A, dan aku sendiri B. Jadi, kalau ada apa-apa, memang hanya mama yang tidak bisa mendonorkan darahnya untuk salah satu dari kami.

Aku tersenyum. "Kalau itu sih Mama nggak perlu khawatir, lagipula kakak pasti udah dapet donor lain, kan?" Aku berusaha menghiburnya.

"Ya, tapi kan, gimana kalo donornya itu ternyata membawa penyakit? Bukannya sehat, malah jadi penyakit, kan?" kata mama cemas.

"Aduuh...Mama jangan bilang sesuatu yang kayak gitu, dong...Kayla jadi takut, kan!" kataku bergidik. Ya Allah, semoga...

Mama menghela nafas berat, dan kelihatannya ia mencoba untuk tersenyum lagi. "Ngomong-ngomong, Ayah titip salam, dia mendoakan semoga kamu dan kakak cepat sembuh," katanya.

"Ayah tadi telepon, Ma?" tanyaku. Ayah memang sedang berada diluar kota untuk urusan kantornya.

"Iya, katanya dia mungkin baru pulang beberapa hari lagi," jawabmya. Kemudian ia pun bangkit, dan berjalan menuju ke pintu,"Kamu nggak apa-apa kan, Mama tinggal? Mama mau jenguk kakakmu dulu," tanyanya.

Aku mengangguk, dan beberapa detik kemudian kudengar suara pintu ditutup lembut.

Kamis, 18 Desember 2008

Capek

Yup. Akhir-akhir ini aku ngerasa gitu: Capek.
Capek kata-kataku terus-terusan disalah artikan.
Capek terus-terusan percaya, dan akhirnya dikhianati.
Capek terus-terusan berharap, dan akhirnya dikecewakan.
Capek terus-terusan bersikap optimis, dan akhirnya tersapu oleh sikap pesimis orang lain.
Capek untuk berjuang dan tidak dihargai.
Capek untuk terbuka pada orang lain.
Capek untuk ngomong langsung.
Capek untuk ngomentarin
Capek untuk dikomentarin.
Capek terus-terusan disalahkan
Capek untuk berpandangan positif dan langsung dipatahkan oleh pandangan negatif.
Capek terus-terusan mengingatkan
Capek untuk percaya sama orang lain.


Udah, ah. Capek buat nulis lagi.

Part 1 KBbS&AJ

Teeenggg!! Bel sekolah berbunyi. Namun, bunyi itu segera disambut oleh bunyi lainnya, yang segera membuat murid-murid berseru serempak,"Yaah!!" Yup, hujan deras telah melanda kawasan SMA ini. Karena dari pagi sampai siang tadi cuaca begitu cerah, tidak ada yang menyangka bahwa hujan akan turun. Makanya, kebanyakan murid tidak membawa payung, dan yang membawa payung pun segera diserbu oleh teman-temannya untuk nebeng pulang bareng.

Aku juga termasuk dalam salah satu murid-murid yang segera berseru kecewa bagitu hujan turun. Hari ini ada les, lagi! Kalau aku nggak sampai di sana tepat waktu, pasti bakalan dihitung sebagai absen oleh guru lesku yang nyebelin itu. Dan kalau sudah 5 kali absen, aku terancam dikeluarkan dari tempat les yang sekarang

Aku menatap suram jendela kelas yang kabur karena tertutup rintik air. Sebersit ide segera menyelinap masuk ke otakku. Oh, iya! Hari ini kan dia lagi nggak ada kuliah! Minta jemput dia aja, deh!!

Kuambil handphoneku, lalu menelepon nomor yang sudah amat kukenal itu.

"Halo? Assalamualaikum! Eh, lo jemput gue, dong! Ujan nih, gue kan ada les ntar jam empat!" kataku pada seseorang di seberang sana.

"Waalaikumsalam! Yeee...emang gue supir lo apa! Seenaknya aja minta anter jemput kemana-mana!" sungutnya.

"Eh, sekali-kali kan nggak ada salahnya nyenengin adek sendiri! Udah, nggak usah cerewet, buruan dateng!" balasku tak kalah sengit.

" Huuh!! Siapa suruh nggak bawa payung! Ya udah deh, gue jemput, dengan syarat lo mau nraktir gue bakso di ujung gang !" Sial. Masa aku mesti nraktir dia, sih? Yah, tapi nggak apalah, daripada dimarahin sama guru geblek itu. "Ya udah deh, deal!"

Yah, sudahlah, akhirnya aku nungguin dia dateng, sambil baca-baca majalah. Dan kira-kira setengah jam kemudian, dia datang, sambil membawa payung. Dia masuk ke teras sekolahku, dan ketika melihatku, dia tersenyum manis dan memanggilku, "Kayla! Yuk, kita berangkat!"

Begitu melihatnya, aku langsung tercengang. Nggak biasanya dia bersikap semanis ini padaku. Tapi, begitu melihat teman-temanku yang masih ada di sekitar teras takjub menatapnya, aku langsung paham. Dasar! Cari kesempatan buat tebar pesona aja, sih!

Segera saja aku mendekatinya, dan begitu yakin tidak ada orang yang melihat, aku langsung mencubit lengannya keras.

"Aduh!! Sakit tau! Emang gue ada salah apa sih sama lo?" katanya sambil meringis dan melompat menghindar.

"Dasar lebay! Lo tuh ya, ngapain sih pake tp tp segala di sekolah gue?" kataku merengut.

"Lah, ada peraturannya gitu kalo di sekolah lo nggak boleh ada acara tp segala?" katanya bandel.

"Eh, asal lo tau aja ya, gue nggak rela kalo sampe ada temen gue yang jatuh cinta sama lo! Bisa menderita tuh hidupnya!" balasku.

Sejenak ia terdiam, lalu mengeluarkan kunci mobil dan membuka pintu mobil. Aku kaget juga dengan perubahan sikapnya ini. Aku jadi merasa bersalah, mungkin ada kata-kataku yang sedah menyakiti hatinya.

Setelah duduk di kursi penumpang di sebelahnya, aku segera berkata,"Eh, lo nggak papa? Maaf ya, kalo gue kelewatan", kataku lirih.

Tiba tiba saja ia menatapku. Hampir saja aku terkecoh oleh ekspresinya, kalau ujung-ujung bibirnya tidak bergetar menahan tawa, dan matanya tidak bersinar jahil. Langsung saja, aku menimpuk kepalanya dengan tas kecil yang kubawa dari tadi, isinya baju olahraga.

"Aduh! sakit, tau! Lagian emang nggak bau apa!" katanya sebal.

"Bau, bau dari hongkong! ini baju nggak gue pake, tau! Dasar lo nya aja yang lebay!" kataku lebih sebal lagi.

Dia tertawa, dan kali ini dia menyetir mobil dengan perlahan. Sesampainya di jalan raya, ia mulai mengoceh lagi, "Eh, tau nggak sih, tuduhan lo tadi pagi nggak bener!"

Aku bingung. "Hah? yang mana?"

"Yang lo bilang gue nggak punya cewek itu. Yah, seenggaknya tuduhan lo itu nggak bener sejak tiga jam yang lalu. Gue baru aja nembak seorang cewek, dan dia bilang dia mau jadi pacar gue!" katanya sumringah.

"Hah, serius lo? selamet, ya! Eh, ngomong-ngomong, lo nembak cewek dari mana? Oh iya, berarti gue nggak mesti nraktir lo, dong! Kan gue belom dapet pj nya!"

"Hahaha, ya udah deh, karena gue baik, kali ini gue yang nraktir elo!"

"Wah? Kesambet apaan, nih? Makasih, ya!" kataku tulus.

Lagi-lagi, ia menganggukkan kepalanya dan tersenyum menatapku. Aku sempat tersenyum balik juga padanya, kalau saja aku tidak melihat sesuatu di tengah jalan. Ya ampun! Ada anak kecil yang sedang mengejar bolanya yang menggelinding ke tengah jalan!

"Kak, awas!!!" kataku panik. Dia segera membanting setirnya begitu melihat anak itu. Mobil yang kami naiki pun terpental akibat perubahan arah yang tiba-tiba. Aku tidak dapat melihat apapun kecuali pusaran warna-warna karena putaran mobil yang begitu cepat. Setelah itu, semuanya hitam.

Rabu, 17 Desember 2008

Merasa Terlalu Banyak Tahu

Pernah nggak ngerasa kayak gitu? Kalo soal pelajaran atau yang lainnya sih nggak apa-apa. Masalahnya...kadang aku ngerasa kalo aku tahu hal-hal yang seharusnya aku nggak tahu. Masalah pribadi pula!

Tahu kan, kalo yang namanya cewek itu pasti bakal cerita berbagai hal kepada temannya, atau orang yang ia percayai. Aku juga gitu, sih. Tapi, efek dari kebiasaan ini adalah aku jadi 'terlalu banyak tahu'. Mungkin orang, atau sesuatu yang aku ketahui itu akan kaget bahwa aku ternyata tahu sebanyak itu tentang sekitarnya. Sebenarnya bukan mungkin lagi sih, soalnya pernah ada kejadian kayak gitu. Ada orang yang kaget banget saat dia tahu kalo ternyata aku tahu apa yang dia pikir aku nggak tahu.

Yah, mungkin ada yang bakal bilang, "Nggak apa-apalah! Toh loe nggak cerita ke siapa-siapa, kan?" Memang, sih...kecuali aku perlu ngomong, aku nggak bakal cerita-cerita ke orang lain. Tapi bukan itu masalahnya.

Masalahnya adalah, aku jadi nggak bisa ngelakuin apa-apa! Aku nggak bisa ngomong sama orangnya langsung, karena seharusnya aku berada dalam kondisi 'tidak tahu'. Dan itu rada nyebelin...terutama kalo yang kita ketahui adalah saat temen kita ada dalam masalah, dan kita jadi nggak bisa ngelakuin apa-apa untuk mereka...geregetan banget, nggak sih? Tapi, seenggaknya aku bisa ada untuk dia, meskipun hanya aku cuma bisa memberi saran atau bahkan tepukan di bahu atau punggung...(hehe, yang ini sering banget, nih) Tapi, aku percaya kok...bahwa manusia itu pasti bisa melalui masalahnya, dengan berusaha.

Mungkin aku mesti ngurangin mikirin orang lain...kadang kayaknya aku terlalu mikirin gimana perasaan orang lain atau gimana pendapat orang lain...dan kayaknya tanpa sadar itu ngebebanin aku juga...Aku jadi gampang terpengaruh sama yang namanya empati...Dan jadi terlalu banyak waktu terbuang buat mikir...Belum lagi terkesan plin-plan...Justru jadi nggak aktif, kan?

Tapi, manusia itu makhluk sosial! (Inget postingan tentang egois) Dan kalau aku nggak mikirin orang lain, pasti bakal ada orang yang bilang,"Loe nggak merhatiin perasaan orang lain, sih!" atau," Loe nggak liat-liat keadaan dulu, sih!" Hahaha, serba salah memang manusia itu. Jadi mesti gimana? Begini salah, begitu salah...

Balik lagi ke topik. Soal terlalu banyak tahu, mungkin ini juga yang dinamakan 'intuisi cewek', ya nggak sih? Kan katanya cewek itu mengumpulkan banyak informasi, dan pada suatu kejadian tertentu, informasi-informasi itu membentuk sebuah kesatuan, sehingga cewek bisa memperkirakan apa yang akan terjadi dengan tepat, paling nggak punya perasaanlah...

Jadi, kesimpulannya apa? Hahaha, postingan paling nggak jelas kayaknya...

Selasa, 16 Desember 2008

UTS

UTS? Ujian tengah semester???udah lewat, kan?
Duh, duh..bukan itu...UTS disini itu adalah Ulang Tahun Sekolah...Eh, SMAN 81 udah 40 tahun, lho! udah tua, ya? ati-ati roboh o_O Nggak, ah, lebay.

Yah, seperti biasa, ada berbagai lomba-lomba yang diselenggarakan pada saat UTS ini. Puncaknya sih tanggal 5 Januari, (ultah kita sebenernya jauh sebelumnya.. karena Pak O***** lagi pergi haji, dan dia pengen ikut UTS, jadilah diundur...hihi) tapi lomba-lombanya udah diselenggarain dari Kamis kemarin...kalo nggak salah?

Tarik tambang yang putri...kalah...pada babak pertama. Yang putra...kalah...sebelum bertanding...pada babak kedua, melawan guru...huuuhuuhu :( Lagi-lagi, masalah yang biasa, yaitu: NGARET!!!! Huuh, sebel banget...kenapa sih pada ngaret? Mending kalah telak daripada kalah sebelum tanding...

Lomba nasi goreng...belum ada hasilnya. Ada satu hal unik yang baru kita sadari saat selesai menghias nasi goreng: Kok nasi gorengnya jadi kayak kebon, ya? rimbun dan banyak ijo-ijonya gitu...Hahaha, ya, sudahlah, berhubung drama kita berjudul KEBON METEOR...kita sebutlah itu nasi goreng nasi goreng KEBON...for global warming....hehe, anak Patas AC kreatif juga, ya...

Story telling, wah, yang ini aku nggak tahu kelanjutannya, katanya sih ada yang maju..

Kasti...Putri masuk semifinal!!! Yay!! Doakan kami menang, ya!! Final hari Kamis besok. Kalo yang putra...sayang sekali sodara sodara...kita kalah...(sempet nyolot-nyolotan sama anak 10-3, yang akhirnya kayaknya berujung pada dendam pribadi...)

Spanduk...masih dalam proses!! Doakan semoga jadi dan menang!

Yang jadi masalah itu vokal group...nggak ada yang mau maju...huhuh...akhirnya kucoba untuk ngejarkomin Patas AC lagi...besok ngumpul di sekolah jam 8, niatnya sih mau nyari anggota buat VG, trus sisanya nonton latihan sambil ngerjain spanduk. Nggak mau lagi kalah tanpa bertanding! Paling nggak kan ada usaha...

Sisanya liat aja di postingan berikutnya...

Jumat, 05 Desember 2008

Selesaiiii!! + Foto Drama




















Ujian Blok, selesai! Kartul, selesai, Idul Adha, tinggal pelaksanaan!!! Horeee!!!
Btw, aku nggak sempet cerita tentang drama, nih...huuh...kebanyakan tugas sampe lupa jalan ceritanya drama...Kalo mau liat, liat di blognya Bianca aja. Ada linknya tuh di samping.
Btw, ini foto yang kita ambil sebelum drama.
Jadi inget, kita mati-matian ngumpetin San Chai ama Geng Pinky sebelum drama. Eh, di foto itu ada yang nggak keambil fotonya. Istri-istrinya Dao Ming Tse nggak ada, hehe. Waktu itu aku ada disana, cuma nggak mau ikutan foto. Jadi berdiri di samping aja :p Nggak kenapa-napa, sih, cuma aku nggak begitu suka sama yang namanya foto. Kecuali untuk acara-acara penting, jarang-jarang aku mau foto. Apalagi kalo sendirian. Rasanya aneh aja, ngeliat ada diri kita di sehelai kertas sementara kita ada di sisi ini, di hadapan kertas itu.

Kamis, 04 Desember 2008

Ganti nama lagi....

Yak...sukses pindah lagi. Udah lupa blog pertamaku apa, trus kedua fortsea, ketiga shiayaku, dan sekarang ini.
Kaizenaza = Kaizen + Aza.
Kaizen itu artinya pengembangan diri, sedangkan AZA itu inisialku. Udah pada bisa memperkirakan maksudnya apa, kan? Yap, usaha untuk menjadi lebih baik, dan itu yang sekarang pengen kulakukan.