Rabu, 15 April 2009

The Story of Andy Rhoumot (part 1)

Ini gara-gara terlalu banyak baca bukunya Agataha Christie sambil mikirin drama. Nah, langsung aja (midah-mudahan nggak menyalahi aturan hak cipta):

The Story of Andy Rhoumot
(Kisah Andy Rhoumot)

Di luar jendela badai tengah berlangsung. Petir, hujan, dan angin berebut mencari tempat untuk menghantam jendela. Sambil menatap ini semua, Hercule Poirot menghirup tisanenya dengan perasaan nyaman. Ia duduk di kursi besar yang empuk dan membiarkan pemanas ruangan melakukan tugasnya. "Untuk itulah mereka dibeli," pikir Poirot. Kakinya diistirahatkan pada sebuah bantal kaki. Diamatinya kedua kakinya. Ujung kedua jari tengah kakinya, yang paling panjang di antara semuanya, tampak sedikit memerah. "Ah!" serunya dengan penuh perasaan, "Sepatu-sepatu itu! Aku terlalu banyak berjalan rupanya." Ia hendak melanjutkan keluhannya, ketika George, pelayannya yang setia, terbatuk kecil dari pintu.

"Ehem," ia terbatuk lagi, "Ada seorang pria yang datang mencari tuan," katanya. Hercule Poirot bangkit dari kursinya dengan anggun dan merapikan bagian belakang bajunya. "Kau sakit, George? Minumlah ini," Poirot mengacungkan gelasnya yang masih mengeluarkan asap, "Sangat manjur," tambahnya. George mengucapkan terima kasih dan berkata ia akan mencobanya, kemudian membungkuk dan menyingkir dari ruangan.

Poirot masih sempat meratakan kumisnya sebelum ia menemui tamunya yang sudah menunggu. Sejenak ia tertegun begitu mengenali siapa tamu tersebut. Namun, pada detik berikutnya, ia tersenyum dan membentangkan tangannya lebar-lebar, sambil berseru dengan sukacita, "Ah, Mr Robinson! Sudah lama sekali sejak pertemuan kita yang terakhir!" sambutnya ceria. Mr Robinson mengusapkan saputangan ke wajahnya yang kuning dan membalas sapaan Poirot dengan tenang, "Akhir-akhir ini kau tidak membutuhkan bantuanku, Mr Poirot. Nah, marilah, aku ingin meminta bantuanmu untuk sesuatu." Poirot segera duduk, dan tanpa basa-basi lagi Mr Robinson memulai ceritanya.

"Nah, aku akan menceritakan padamu sebuah kasus yang terjadi lima belas tahun yang lalu. Kisah ini terjadi di daerah tropis Hindia Barat, maka aku tidak heran kalau kau belum pernah mendengarnya. Waktu itu kasus ini merupakan kasus paling terkenal yang pernah terjadi disana, karena meskipun bukti-bukti menyatakan bahwa kasus ini merupakan tindakan bunuh diri, tetap saja, rasanya tidak masuk akal kalau dua orang bunuh diri sekaligus, kan?"

"Mungkin saja, mon ami. Seandainya yang bunuh diri itu adalah sepasang muda mudi yang saling mencintai seperti dalam kisah yang dengan sangat indah dituliskan oleh seorang pujangga Inggris, William Shakespeare," jawab Poirot sabar.

Mr Robinson hanya mengibaskan tangannya seolah sedang mengusir lalat, dan melanjutkan ceritanya, "Tentu saja, wajar jika begitu kejadiannya, tapi kasus yang saya ceritakan ini tidaklah sama seperti itu, karena kedua orang ini, meskipun mereka memang pasangan suami istri yang saling mencintai satu sama lain, telah melakukan bunuh diri pada dua tempat yang terpisah jaraknya sepanjang kira-kira sepuluh kilometer atau lebih, dan pada waktu yang cukup berdekatan pula. Bukankah itu tidak masuk akal?"

"Ya, memang benar,"

"Namun semua bukti-bukti yang ditemukan oleh polisi memang menyatakan bahwa keduanya adalah tindakan bunuh diri, dan bukannya pembunuhan seperti yang diperbincangkan oleh masyarakat setempat," Mr Robinson berhenti sebentar dari ceritanya dan menyela, "Kuharap kau tidak keberatan kalau aku merokok di sini?" Poirot hanya mengayunkan tangannya dengan gerakan mempersilakan, dan Mr Robinson pun menyalakan cerutunya. Sementara itu, Poirot menatapnya penuh selidik.

"Setahuku, bukankah kau hanya berhubungan dengan masalah finansial saja, dan bukannya manusia seperti ini? Atau kau telah memutuskan untuk menggunakan jaringanmu yang sangat hebat itu untuk ikut terjun ke dalam bisnis ini?" tanya Poirot sambil mengamat-amati tamunya.

"Oh tidak, tidak sama sekali, Poirotku yang baik. Aku sama sekali tidak berminat untuk menjadai sainganmu dalam bisnis ini, dan aku cukup puas dengan bidangku saat ini. Namun kasus yang tadi kuceritakan erat hubungannya dengan masalah yang kuhadapi saat ini, dibidangku, tentu saja. Begini, suami istri yang tadi kuceritakan, mempunyai simpanan deposito yang cukup besar jumlahnya," sahut Mr Robinson sambil mengisap cerutunya. Asap yang dihamburkannya mengalir memenuhi ruangan kerja Poirot. Poirot berseru dengan penuh perasaan.

"Ya, ya, aku mengerti maksudmu. Yang berhak mendapatkan deposito tersebut adalah putri tunggal mereka, yang ketika tragedi itu terjadi baru berusia dua tahun. Ia berhak mendapatkan seluruh uang itu ketika ia berumur 21 tahun atau ketika ia telah menikah. Namun, ada pihak lain yang juga diuntungkan atas deposito itu, yaitu bibi dari gadis tersebut, adik dari si suami, yang kini juga menjabat sebagai wali dari gadis itu. Wanita ini berhak menerima seluruh bunga dari deposito itu secara bertahap setiap bulannya, yang dimaksudkan sebagai biaya perawatan gadis itu. Namun dapat kujamin, bahwa sebenarnya hanya dari bunga deposito itu saja, si bibi ini tidak perlu bekerja lagi selama ia mendapatkan bunganya, dan ia bahkan bisa menikmati hidup yang cukup mewah seumur hidupnya jika ia berhemat,"

"Jadi, seandainya ada pembunuhan, wanita itulah yang mempunyai motif paling besar di antara semuanya?"

"Secara finansial, ya. Tapi dalam bidang yang lain, wah, sayang aku tak begitu ahli soal itu. Tapi seandainya terjadi apa-apa pada gadis itu, wanita itulah yang akan mendapat seluruh deposito itu,"
"Dan kau yakin akan terjadi apa-apa?"

"Ya, sahabatku, ya." Sekilas Mr Robinson tampak bergidik sendiri memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang ada, dan ia melanjutkan, "Karena itulah, Poirot, kuminta padamu, demi menghargai persahabatan kita, tolong cegah apapun yang mungkin menimpa gadis itu," katanya penuh harap.

Poirot hanya menggeleng pasrah, dan bertanya lagi, "Siapa yang memintamu menemuiku, sobat? Kau tidak mungkin menemuiku hanya karena inisiatif pribadi saja, apalagi sampai memohon seperti itu."

Wajah Mr Robinson yang kuning tampak sedikit memerah, namun ia tetap menjawab, "Kau kenal Mr Rhoumot?"

"Ah, bangsawan itu. Seorang politikus yang handal dan dipercaya masyarakat. Diakah yang memintamu?"

"Kurang lebihnya begitu. Sebenarnya yang datang menemuiku adalah putranya, Mr Andy Rhoumot," Kumis Poirot yang tebal bergerak-gerak geli. Mr Robinson mengangkat alisnya dan berkata, "Kurasa kau sudah memahami sebagian dari masalah ini dan juga posisiku, Poirot. Maukah kau melakukan permintaanku?" kali ini ia sungguh-sungguh meminta, tanpa ditutup-tutupi lagi.

"Yah, mon ami, tidaklah bijaksana untuk membiarkan orang-orang muda terganggu dengan masalah asmara mereka bukan?" sambil berkata demikian, Poirot bangkit dari kursinya dan menyalami Mr Robinson yang juga sudah berdiri dari duduknya. "Aku akan menemuimu dua hari lagi untuk meminta cerita lengkapnya. Selamat siang sobat, semoga harimu menyenangkan," dia membungkuk dengan main-main dan mempersilakan tamunya keluar dari ruangan.

Minggu, 12 April 2009

Rasa

Apakah rasa itu? Menurut KBBI, rasa itu:

1. tanggapan indra thd rangsangan saraf, spt manis, pahit, masam thd indra pengecap, atau panas, dingin, nyeri thd indra perasa
2. apa yg dialami oleh badan
3. sifat rasa suatu benda
4. tanggapan hati thd sesuatu (indra)
5. pendapat (pertimbangan) mengenai baik atau buruk, salah atau benar

Poin pertama, udah jelas kan? Manis, asam, asin, pahit, pedas, getir, sakit, perih, panas, dingin, hangat, sejuk, dan masih banyak lagi.

Poin kedua, ini juga cukup jelas. Sakit, nyeri, pedih, tertekan (oke, ini semua secara harfiah, ya), panas, dingin, dll.

Poin ketiga juga gampang, gula yang manis, garam yang asin, cabe yang pedas, dll.

Poin keempat. Takut, sedih, bimbang, bahagia, cinta, sakit, perih, marah, frustasi, tertekan, pahit, getir, dll. Kalau kita lihat dari poin-poin sebelumnya, kata-kata di poin keempat ini banyak juga di sebut di tiga poin sebelumnya. Contohnya manis, asam, pahit, getir, pedas, panas, sakit, pedih, tertekan, dingin, hangat, sejuk dll. Rasa-rasa yang kita sudah tahu dengan pasti ketika kita menghadapi rasa itu di poin keempat ini, ketika kita menghadapi rasa itu dengan hati.

Ada beberapa yang bisa kita coret dari daftar sebelumnya, yaitu manis, asam, asin, pahit, getir, dan pedas. Kenapa? Karena kata asin (yang termasuk bersama lima kata barusan dalam poin pertama dan ketiga) tidak termasuk dalam kata yang biasa dipakai untuk mendeskripsikan suasana hati (ketika mendengar, melihat, ataupun merasakan sesuatu). Nggak ada kan, yang ngomong, "Lo asin banget sih," atau "Rasanya asin banget tau, dikhianatin kayak gitu," atau "Wajahnya kelihatan sangat asin ketika mendengar kabar itu."

Dari eliminasi di atas, kata yang tersisa di poin-poin lain hanya panas, sakit, pedih, tetekan, dingin, hangat, dan sejuk. Kata yang lainnya? Abstrak.

Bagaimana rasanya kebahagiaan? bagaimana rasanya cinta? bagaimana rasanya percaya? Bagaimana rasanya benci? Bagaimana rasanya frustasi? Bagaimana rasanya kecewa?

Seandainya ada orang yang mengerti rasa-rasa tersebut, ia tidak akan bisa memberitahukan artinya kepada orang lain. Tubuh kita tidak bisa merasakan rasa-rasa itu, tidak seperti sakit, pedih, nyeri, panas, hangat, dingin, sejuk, dan lain-lain. Lalu, bagaimana kita bisa tahu rasa apa yang kita alami saat ini? apakah rasa itu bahagia, frustasi, benci, cinta, kecewa, dll? Bagaimana kita bisa tahu kalau tidak ada deskripsi yang jelas tentang rasa-rasa ini?

Orang bisa saja bilang, "frustasi itu kamu sedang sedih luar biasa," Apa itu sedih? Atau, " Cinta itu adalah kebahagiaan yang kamu rasakan dengan seseorang," Apa itu bahagia? "Benci itu adalah ketika kamu tidak suka pada seseorang," Apa itu suka? "Sayang itu adalah ketika kamu mempercayai seseorang," Apa itu percaya?

Gimana kita bisa tahu?

Poin kelima, baik dan buruk, salah dan benar. Apakah ada sesuatu yang benar-benar salah atau benar, sesuatu yang mutlak baik dan buruk, di dunia ini?

Oke, mungkin ada yang bilang, "Baik dan buruk itu berdasarkan ajaran agama," Tapi bahkan agama pun selalu memberikan toleransi untuk alasan-alasan tertentu. Dan itulah yang tidak pernah kita ketahui. Bahwa ada alasan di balik nyaris segala sesuatu. Ada yang disebut prima klausa. Sebab akibat. Segala tindakan ada sebabnya. Segala gerakan ada sebabnya. Segala perasaan ada alasannya.

Kita bisa saja menuduh seorang pencuri itu salah, menggebukinya sampai meninggal, dan lain-lain. Dan saat itu kita beralasan, "Mencuri itu kan salah. Ada dalam agama," Apakah membunuh itu benar? Lagipula, ada hukum dalam agama yang menyatakan tidak apa-apa mencuri hanya ketika kelaparan, dan mencuri itu pun hanya boleh secukupnya. Dalam kasus ini, yang salah adalah tetangga-tetangga terdekatnya, yang membiarkannya kelaparan. Tapi, mungkin saja tetangganya sendiri juga kelaparan. Mungkin.

Kita bisa saja menuduh seseorang itu buruk, ketika ia memukul seseorang lainnya. Padahal ia memukul supaya orang yang dipukulnya itu menjadi lebih baik. Kita bisa menuduh seseorang salah, ketika ia marah. Padahal ia marah demi kebaikan orang yang dimarahinya. Kita bisa saja menuduh orang lain salah, ketika ia membicarakan orang lain dibelakang. Padahal mungkin ia sedang berusaha mencari pendapat supaya bisa memberi masukan pada orang itu. Kita bisa saja memuji orang yang bersedekah, padahal sedekahnya itu dilakukan atas dasar riya dan mengurangi rasa bersalahnya telah mengeruk uang negara. Kita bisa saja melakukan hal-hal itu.

Kita tidak pernah tahu apa alasan orang melakukan hal tertentu. Dan dibalik alasan itu, selalua da alsan lain. Tidak ada perbuatan tidak beralasan di dunia ini. Tapi, yang menyebabkan kita bisa menilai sesuatu adalah karena kita tidak mengerti alasan itu. Dan sesungguhnya, tidak ada orang yang berhak untuk mengatakan 'mengerti' keadaan orang lain. Tidak ada. Bahkan orang yang paling dekat pun tidak berhak mengatakan bahwa ia 'mengerti'. Kalau memang mau mengerti seseorang, tetaplah ada di dekatnya,awasi semua gerakannya, pandangannya, ucapannya, apa yang didengarnya, dan lain-lain. Karena bahkan satu kedipan mata, satu helaan nafas yang paling lirih pun dapat membuat perubahan besar pada dunia. Dan ketika sudah berubah, tidak akan ada yang pernah kembali sama. Dan tidak mungkin lagi bagi kita untuk mengerti. (Jadi, jangan pernah minta untuk dimengerti, karena itu percuma)

Sampai saat ini, aku sendiri belum bisa mengerti dua poin terakhir ini. Mungkin nanti, ya, nanti. Saat dimana aku bisa mengetahui alasan-alasan itu. Mungkin ada yang bisa memberitahu?

Senin, 06 April 2009

Sedikit Perubahan

Yak, seperti yang bisa dilihat, telah diadakan sedikit perubahan pada blog ini, yaitu pada header, container, dan sidebar. Meskipun masih belum beres untuk yang lainnya..~>_<~..yang udah jadi inipun mesti beberapa kali upload dan delete. Ukurannya susah untuk bisa pas. Dan lagi, template ini nggak bisa diganti warnanya...jadi mesti nyari kode warna juga kalo mau ganti warna tulisan. Huh.

Oh ya, header kali ini adalah Yamamoto dari Katekyo Hitman Reborn!. Dan kali ini ada kuisnya. Cari sepuluh perbedaan dari gambar di atas dengan yang ini. Hehehehe... pertama kali liat aku langsung kaget, dan langsung ketawa juga. Untung nggak jadi ilfil sama Yamamoto...kayak waktu aku ilfil ngeliat Saber dan Kurapika gara-gara sebuah lomba cosplay.

Terakhir, doakan semoga perubahan-perubahan pada template ini cepat selesai!!! Kayaknya masih banyak yang harus diedit lagi

Minggu, 05 April 2009

Promosi TPS


Dateng, yaaa!!!!