Minggu, 12 April 2009

Rasa

Apakah rasa itu? Menurut KBBI, rasa itu:

1. tanggapan indra thd rangsangan saraf, spt manis, pahit, masam thd indra pengecap, atau panas, dingin, nyeri thd indra perasa
2. apa yg dialami oleh badan
3. sifat rasa suatu benda
4. tanggapan hati thd sesuatu (indra)
5. pendapat (pertimbangan) mengenai baik atau buruk, salah atau benar

Poin pertama, udah jelas kan? Manis, asam, asin, pahit, pedas, getir, sakit, perih, panas, dingin, hangat, sejuk, dan masih banyak lagi.

Poin kedua, ini juga cukup jelas. Sakit, nyeri, pedih, tertekan (oke, ini semua secara harfiah, ya), panas, dingin, dll.

Poin ketiga juga gampang, gula yang manis, garam yang asin, cabe yang pedas, dll.

Poin keempat. Takut, sedih, bimbang, bahagia, cinta, sakit, perih, marah, frustasi, tertekan, pahit, getir, dll. Kalau kita lihat dari poin-poin sebelumnya, kata-kata di poin keempat ini banyak juga di sebut di tiga poin sebelumnya. Contohnya manis, asam, pahit, getir, pedas, panas, sakit, pedih, tertekan, dingin, hangat, sejuk dll. Rasa-rasa yang kita sudah tahu dengan pasti ketika kita menghadapi rasa itu di poin keempat ini, ketika kita menghadapi rasa itu dengan hati.

Ada beberapa yang bisa kita coret dari daftar sebelumnya, yaitu manis, asam, asin, pahit, getir, dan pedas. Kenapa? Karena kata asin (yang termasuk bersama lima kata barusan dalam poin pertama dan ketiga) tidak termasuk dalam kata yang biasa dipakai untuk mendeskripsikan suasana hati (ketika mendengar, melihat, ataupun merasakan sesuatu). Nggak ada kan, yang ngomong, "Lo asin banget sih," atau "Rasanya asin banget tau, dikhianatin kayak gitu," atau "Wajahnya kelihatan sangat asin ketika mendengar kabar itu."

Dari eliminasi di atas, kata yang tersisa di poin-poin lain hanya panas, sakit, pedih, tetekan, dingin, hangat, dan sejuk. Kata yang lainnya? Abstrak.

Bagaimana rasanya kebahagiaan? bagaimana rasanya cinta? bagaimana rasanya percaya? Bagaimana rasanya benci? Bagaimana rasanya frustasi? Bagaimana rasanya kecewa?

Seandainya ada orang yang mengerti rasa-rasa tersebut, ia tidak akan bisa memberitahukan artinya kepada orang lain. Tubuh kita tidak bisa merasakan rasa-rasa itu, tidak seperti sakit, pedih, nyeri, panas, hangat, dingin, sejuk, dan lain-lain. Lalu, bagaimana kita bisa tahu rasa apa yang kita alami saat ini? apakah rasa itu bahagia, frustasi, benci, cinta, kecewa, dll? Bagaimana kita bisa tahu kalau tidak ada deskripsi yang jelas tentang rasa-rasa ini?

Orang bisa saja bilang, "frustasi itu kamu sedang sedih luar biasa," Apa itu sedih? Atau, " Cinta itu adalah kebahagiaan yang kamu rasakan dengan seseorang," Apa itu bahagia? "Benci itu adalah ketika kamu tidak suka pada seseorang," Apa itu suka? "Sayang itu adalah ketika kamu mempercayai seseorang," Apa itu percaya?

Gimana kita bisa tahu?

Poin kelima, baik dan buruk, salah dan benar. Apakah ada sesuatu yang benar-benar salah atau benar, sesuatu yang mutlak baik dan buruk, di dunia ini?

Oke, mungkin ada yang bilang, "Baik dan buruk itu berdasarkan ajaran agama," Tapi bahkan agama pun selalu memberikan toleransi untuk alasan-alasan tertentu. Dan itulah yang tidak pernah kita ketahui. Bahwa ada alasan di balik nyaris segala sesuatu. Ada yang disebut prima klausa. Sebab akibat. Segala tindakan ada sebabnya. Segala gerakan ada sebabnya. Segala perasaan ada alasannya.

Kita bisa saja menuduh seorang pencuri itu salah, menggebukinya sampai meninggal, dan lain-lain. Dan saat itu kita beralasan, "Mencuri itu kan salah. Ada dalam agama," Apakah membunuh itu benar? Lagipula, ada hukum dalam agama yang menyatakan tidak apa-apa mencuri hanya ketika kelaparan, dan mencuri itu pun hanya boleh secukupnya. Dalam kasus ini, yang salah adalah tetangga-tetangga terdekatnya, yang membiarkannya kelaparan. Tapi, mungkin saja tetangganya sendiri juga kelaparan. Mungkin.

Kita bisa saja menuduh seseorang itu buruk, ketika ia memukul seseorang lainnya. Padahal ia memukul supaya orang yang dipukulnya itu menjadi lebih baik. Kita bisa menuduh seseorang salah, ketika ia marah. Padahal ia marah demi kebaikan orang yang dimarahinya. Kita bisa saja menuduh orang lain salah, ketika ia membicarakan orang lain dibelakang. Padahal mungkin ia sedang berusaha mencari pendapat supaya bisa memberi masukan pada orang itu. Kita bisa saja memuji orang yang bersedekah, padahal sedekahnya itu dilakukan atas dasar riya dan mengurangi rasa bersalahnya telah mengeruk uang negara. Kita bisa saja melakukan hal-hal itu.

Kita tidak pernah tahu apa alasan orang melakukan hal tertentu. Dan dibalik alasan itu, selalua da alsan lain. Tidak ada perbuatan tidak beralasan di dunia ini. Tapi, yang menyebabkan kita bisa menilai sesuatu adalah karena kita tidak mengerti alasan itu. Dan sesungguhnya, tidak ada orang yang berhak untuk mengatakan 'mengerti' keadaan orang lain. Tidak ada. Bahkan orang yang paling dekat pun tidak berhak mengatakan bahwa ia 'mengerti'. Kalau memang mau mengerti seseorang, tetaplah ada di dekatnya,awasi semua gerakannya, pandangannya, ucapannya, apa yang didengarnya, dan lain-lain. Karena bahkan satu kedipan mata, satu helaan nafas yang paling lirih pun dapat membuat perubahan besar pada dunia. Dan ketika sudah berubah, tidak akan ada yang pernah kembali sama. Dan tidak mungkin lagi bagi kita untuk mengerti. (Jadi, jangan pernah minta untuk dimengerti, karena itu percuma)

Sampai saat ini, aku sendiri belum bisa mengerti dua poin terakhir ini. Mungkin nanti, ya, nanti. Saat dimana aku bisa mengetahui alasan-alasan itu. Mungkin ada yang bisa memberitahu?

0 komentar: