Tumben sempet posting cepet. Hari ini nggak tarawih, batuk lagi, hehe.
Yah, tadi pagi sempet ngebahas sedikit soal ikhlas. Sekarang baru deh, bakal kuceritain selengkapnya.
Kejadian bermula di hari Selasa yang cerah. Waktu itu anak-anak OSIS lagi ngumpulin uang sumbangan untuk disumbangkan pada anak yatim. Terus, dibacain deh, berapa perolehan sumbangan kita kemarin. Waktu dibacain sih, jumlahnya ya...nggak besar-besar amat, sekitar empat puluh ribuan, tapi pas lah dengan kondisi kelas kita yang beranggotakan 40 orang.
Namun, guru yang mengajar kita waktu itu mengomentari begini (kira-kira aja, udah rada lupa persisnya gimana), "kok cuma segitu? kalian ada empat puluh orang, kan?" Lantas beliau membandingkan jumlah yang kami dapat dengan kelas X aksel, yang jumlahnya mencapai lima puluh ribuan, meskipun jumlah anak aksel hanya sekitar separuh dari jumlah kita.
Seorang teman berkomentar," Kan yang penting ikhlas, Pak. Ikhlas kan nggak diukur dari jumlah". Ada benarnya, tapi mari kita simak lebih lanjut.
Kemudian setelah kami selesai menyumbang, beliau meneruskan topik yang tadi.
" Kita harus berhati hati dalam mengatakan ikhlas. Hati-hati, jangan sampai kalimat yang kita ucapkan 'yang penting ikhlas' menjadi bukti ketidakikhlasan kita",.
Selanjutnya, beliau menerangkan bahwa, keikhlasan tidak hanya didasari pada niat semata, namun juga proporsi. Contohnya, jika kita memiliki uang sejumlah seratus ribu (bukan yang satu lembar), apakah bila kita menyumbang sebesar seratus rupiah dapat dikatakan ikhlas?
Yah, yang kuinget masih sebatas itu saja. Kalau ada lagi, pasti langsung diedit
Note: Setelah hari itu, sumbangan kita langsung naik dua kali lipat, lebih malah. Hehe :D
Heartbroken
10 tahun yang lalu